Pancasila Butuh Juklak!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 04 Juni 2011, 15:44 WIB
Pancasila Butuh Juklak<I>!</i>
RMOL. Sampai hari ini Pancasila belum bisa jadi pegangan dalam kultur politik bangsa Indonesia. Di umur Indonesia yang sudah tidak bisa dikatakan muda, Indonesia masih belum mampu memberlakukan Pancasila sebagai kultur politik.

"Bukan Pancasila yang bermasalah, bukan perumusannya yang bermasalah, bukan hasil kompromi Soekarno, Soetardjo, Yamin dan Soepomo dan lain-lain yang bermasalah," tegas budayawan, Radhar Panca Dahana, dalam acara Polemik di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (4/6).

Tapi, yang jadi masalah menurutnya adalah ketika Pancasila coba diterapkan dalam kehidupan bangsa sehari-hari.

"Karena tidak ada juklak (petunjuk pelaksanaan) dan tidak ada pedoman praksis. Kita hanya jadikan itu slogan," kata Radhar.

Dia mengatakan, selama ini bangsa Indonesia menerima Bhineka Tunggal Ika tanpa bisa menjelaskan apa makna Bhineka Tunggal Ika itu. Selama ini Indonesia menerima Pancasila tanpa mampu menjelaskan satu per satu sila secara komprehensif.

"Tunjukkan ke saya sila per sila. Tolong tunjukkan pada saya bagaimana slogan itu jadi panduan praksis untuk tunjukkan jalan keluar. Bagaimana Pancasila itu kita pergunakan untuk jawab persoalan praksis dari individual, sosial sampai nasional," jelasnya.

Radhar juga menyebut ada dilema dalam mengimplementasikan Pancasila. Misalnya di sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang harus jadi jalan menuntaskan pertikaian antar agama.

"Sementara Ketuhanan Yang Maha Esa itu bertentangan dengan politik kita menetapkan lima agama resmi yang tidak semua Maha Esa, apalagi kalau nanti ditambah Konghucu. Ini menggelikan yang begini-begini," tegas Radhar lagi.

Dia ingin menunjukkan bahwa dalam konsep Pacasila itu sendiri masih bermasalah pada tataran slogan. Namun, itu wajar karena Pancasila dilahirkan sekitar 70 tahun lalu dan belum ada info memadai yang dimiliki para pendiri bangsa tentang Indonesia secara keseluruhan.

"Saya dan JJ Rizal mungkin punya data 70 kali lipat dari Soepomo. Kita harus lengkapi dan sempurnkan Pancasila. Itulah tantangan kita sebenarnya untuk melengkapi Pancasila," pesan Radhar.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA