“Saya tidak melakukan persiaÂpan istimewa. Sebab, saya beraÂsumsi mereka sudah mengetahui siapa Sutiyoso. Silakan kalau mau memilih saya. Kalau ada yang lebih baik, ya berikan keÂpada yang lebih baik, jangan keÂpada saya. Kita kan sama-sama ingin sepakbola maju,†ujar SutiÂyoso kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Di dunia olahraga, Sutiyoso bukanlah orang baru. Berbagai prestasi diukir Sutiyoso saat memimpin organisasi olahraga tanah air. Misalnya, cabang meÂnembak sempat meraih 11 medali emas dalam Sea Games saat Perbakin dipimpin Sutiyoso. Lalu, Sutiyoso pernah memimpin olahraga basket (Perbasi). PresÂtasinya, tim basket nasional pernah juara dua dalam Sea Games di Kuala Lumpur. Yang lebih moncer, Sutiyoso juga perÂnah memimpin olahraga buluÂtangkis (PBSI). Di era Sutiyoso, bulu tangkis pernah menyumÂbang dua medali emas di OlimÂpiada Athena dan Beijing. Lalu, tercatat dalam sejarah Indonesia pernah menyapu bersih tujuh medali emas di Sea Games.
Di dunia sepakbola, Sutiyoso juga bukan orang baru. Dia lama membina Persija, sehingga PerÂsija meraih piala liga dan piala-piala lainnya.
Sutiyoso mengajak semua pihak berpikir realistis demi kepentingan yang lebih besar. Kalau masing-maÂsing kubu tetap mencalonkan jagoÂnya meski sudah dieliminasi FIFA, seluruh rakyat Indonesia akan menjadi korban dari perÂseÂteruan tersebut.
“Setelah empat calon dieliÂminir Komisi Banding dan FIFA, sejumlah calon alternatif bermunÂculan. Sayangnya, suara-suara itu enggan berpindah. Seharusnya legowo saja. Kalau kita dapat sanksi dari FIFA tentu semuanya akan menjadi korban,†jelas bekas Ketua Umum PBSI ini.
Berikut kutipan selengkapnya:Persoalan di PSSI sangat ruÂmit, kenapa Anda masih terÂtaÂrik mencalonkan diri?Melihat kemelut ini, saya penaÂsaran juga. Masa negara berpenÂduduk terbesar keempat di dunia, kalah saat melawan negara-negara di Asia Tenggara. Padahal, kita memiliki potensi untuk menÂjadi yang terbaik.
Bagaimana kalau PSSI di-ban FIFA, karena kemelut yang terjadi saat ini? Kalau kita di-ban FIFA, saya tidak akan mencalonkan sebagai Ketua Umum PSSI. Untuk apa, mengejar sesuatu kan harus ada tantangannya. Kalau kita di-ban, jangankan bertanding di tingkat internasional, di tingkat regional saja tidak boleh. Bahkan, Sea Games yang sudah ada di depan mata saja, tidak dapat kita ikuti.
Jadi, saya mengajak semua piÂhak memikirkan kepentingan yang lebih besar, yakni prestasi olah raga nasional. Saya juga berÂharap, tidak ada kongres tanÂdingan dan para pendukung calon yang sudah dieliminasi FIFA berpikir jernih, sehingga kita tidak di-ban FIFA.
Kalau Anda terpilih, apa yang akan Anda lakukan untuk meÂnyelesaikan berbagai persoalan di PSSI?Tentu saya memiliki sejumlah solusi. Saya sudah 23 tahun berÂkiÂÂprah di bidang olahraga, dan selalu memberikan kemampuan terÂbaik yang saya miliki. AlhamÂdulillah, capaian prestasinya pun maksimal.
Saya membina Persija selama sepuluh tahun berturut-turut, tenÂtunya saya paham sistem mana yang harus diperbaiki dan terus dipertahankan agar kita memiliki kesebelasan yang tangguh.
Caranya?Salah satunya kita harus fokus pada pembinaan usia dini. Bila kita melihat pemain-pemain duÂnia, seperti Ronaldo dan BecÂkham, mereka main sejak umur 8 tahun.
Selain itu, kita juga harus genÂcar menemukan anak muda berÂbaÂkat yang memiliki kemauan dan dukungan orang tua. Bila mereka kurang mampu, kita haÂrus memberikan sarana yang mereka butuhkan.
Kita juga mempunyai target yang realistis dalam meraih keÂjuaraan. Misalnya menjuarai Asia Tenggara, kemudian menjuarai piala Asia, baru berlaga di kancah Piala Dunia.
Bagaimana teknis perekruÂtanÂnya?Dari tiap provinsi, minimal kita ambil lima orang. Jadi, dari keÂseluruhan provinsi, kita akan memÂperoleh 165 anak berbakat yang akan ditempatkan di kamp-kamp latihan. Tugas pokoknya main bola dan belajar saja.
Memang, hasil pembinaan itu baru bisa dilihat 10 tahun ke deÂpan. Tapi, mimpi untuk memiliki tim sepakbola yang tangguh harus kita bangun hingga saat ini.
Pemain-pemain berbakat itu kan butuh pelatih yang tangÂguh?Betul. Pelatih memang salah poin penting yang harus kita perÂhatikan. Sebab, bahan baku seÂbaik apapun kalau ditangani seÂcara amatiran, tidak akan menjadi barang yang berkualitas. Untuk itu, harus ditangani pelatih proÂfesional.
Mengenai sistem kompetisi, apa solusi yang Anda tawarÂkan?Kompetisi harus diatur lebih baik agar mampu mengakomoÂdir semua kelompok usia. KomÂpetisi juga itu harus berkualitas dan ruÂtin, sehingga dapat meÂlahirkan kesebelasan yang berÂkualitas.
[RM]
BERITA TERKAIT: