Demikian diungkapkan bekas Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, keÂpada
Rakyat Merdeka, di Jakarta.
“Selain itu soal pola pikir. IniÂlah menghambat pemberian hak dan peluang perempuan seÂcara optimal untuk bisa maju dan terangkat IPM (Indeks PemÂbangunan Manusia)-nya,†tamÂbah anggota Dewan PertimbaÂngan Presiden (Watimpres) bidang PenÂdidikan dan KebuÂdayaan itu.
Dalam bidang politik, Meutia berharap, peningkatan jumlah peÂrempuan di parlemen, harus diÂimbangi dengan peningkatan kuaÂlitas perwakilan perempuan. Ini diperlukan untuk menyamÂpaiÂkan aspirasi masyarakat yang menjadi konstituennya.
“Peranan perempuan di parleÂmen saat ini belum optimal, seÂhingga diperlukan langkah perÂbaikan,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya: Terkait dengan Hari Kartini, bagaimana Anda melihat peran perempuan saat ini?Peran perempuan dalam era gloÂbalisasi cukup besar, banyak peluang tersedia untuk berkiprah dalam segala bidang. Namun peÂrempuan harus bisa waspada daÂlam memilih antara yang berÂmanÂfaat dengan yang beresiko buruk bagi dirinya. Jadi, perempuan haÂrus selalu tanggap dan belajar mengenali berbagai tantangan gloÂbalisasi. Serta mampu memiÂlih yang terbaik bagi dirinya dan bagi negara.
Apakah dengan adanya gloÂbaÂliÂsasi, perempuan Indonesia menjadi kehilangan jati diriÂnya?Tidak begitu. Justru memperÂkuat jatidirinya untuk tampil dan maju sebagai orang Indonesia di tingkat global. Terlebih saat ini kemajuan Iptek dan informatika bisa lebih mudah dimanfaatkan untuk mengangkat prestasi peÂremÂpuan Indonesia.
Bagaimana peran perempuan dalam meningkatkan derajatÂnya selama ini?Peran perempuan Indonesia yang ada di pemerintahan, swasta, masyarakat dan politik, harus bersatu dan bekerja sama dalam jeÂjaring untuk mengatasi permaÂsalahan perempuan dan memanÂfaatkan peluang bagi perempuan Indonesia. Selain itu, IPM peremÂpuan Indonesia harus ditingÂkatÂkan, ini yang bisa meningkatkan derajatnya.
Bagaimana Anda melihat baÂnyaknya perempuan yang menÂjadi buruh migran?Menjadi TKW seharusnya meÂruÂpakan upaya perempuan meÂningÂkatkan pendapatan rumah tangga, pengalaman hidup dan kualitas hidupnya. Maka itu seÂbeÂlum jadi TKW, mereka memÂbutuhkan persiapan, keterampiÂlan dan perlindungan yang diÂberiÂkan pemerintah serta masyaÂrakat (LSM, PPTKIS, pelatihan kerja swasta dan pemerintah). Hak-hak ini harus dipenuhi secara baik.
Tapi TKW sering dianiaya, baÂÂgaimana menurut Anda?Negara sudah mempunyai peÂrangkat melindungi TKW. Tapi harus ditingkatkan karena peleceÂhan dan penganiayaan masih terÂjadi. Kebijakan yang masih leÂmah harus terus dikoreksi. PelangÂgaran terhadap kebijakan dan kesepakatan harus berani diprotes. TKW harus dapat meÂmanÂfaatkan perlindungan dari neÂgara. Seperti ID TKW tidak boÂleh dikuasai majikan, kemudahan dan rutinitas akses Perwakilan RI kepada keberadaan dan kondisi TKW di tempat kerja harus diÂperoleh serta pemberian sanksi harus ditegakkan.
Bagaimana Anda melihat peÂran perempuan dalam politik?Peranan perempuan dalam politik masih rendah, baik dalam tujuan mencapai quota 30 persen di parlemen. Perempuan yang ada di parlemen berprestasi gemilang atau memuaskan.
Mereka harus terus belajar menguasai bidang yang menjadi tanggung jawab di komisi, peka melihat keadaan, sadar dan paham akan tanggungÂjawabnya sebagai wakil rakyat. Yang terakhir menjaga diri agar tidak dilanda korupsi dalam bentuk apa pun.
[RM]
BERITA TERKAIT: