WAWANCARA

Suharso Monoarfa: Politisi Muda Cukup Potensial SDA Layak Dipertahankan

Minggu, 24 April 2011, 06:00 WIB
Suharso Monoarfa: Politisi Muda Cukup Potensial SDA Layak Dipertahankan
Suharso Monoarfa
RMOL. Menjelang Muktamar PPP, kasak-kusuk mulai terjadi untuk memperebutkan kursi ketua umum.

Faksi Nahdlatul Ulama (NU) dikabarkan  akan kembali men­domi­nasi pemilihan ketua umum dalam Muktamar di Bandung, Juli mendatang.

 Hal itu dibuktikan adanya se­jumlah anak muda PPP dari faksi NU yang mencalonkan diri untuk merebut kursi ketua umum yang saat ini dipegang Suryadharma Ali (SDA). Misalnya, Dimyati Natakusumah, Lukman Hakim Syaefuddin, Ahmad Muqowam, dan Arif Mudatsir.

Menurut Suharso Monoarfa, pen­calonan itu sah-sah saja. Na­mun saat ini sudah tidak ada faksi-faksi lagi di PPP yang me­ngatasnamakan NU, Per­sau­da­raan Muslimin Indonesia (Par­musi), Persatuan Tarbiyah Isla­miya (Perti), dan Syarikat Islam (SI).

“Yang ada itu adalah PPP secara utuh, tidak mementingkan faksi apa dan dari mana. Semua sudah bersatu demi kejayaan partai ke depan,” ujar Suharso di Jakarta, kemarin.

Berikut kutipan selengkapnya;

Bagaimana Anda melihat munculnya faksi faksi di inter­nal PPP menjelang muktamar ini?
Itu hal biasa dan saya tetap meng­hargai adanya faksi faksi itu, karena itu bagian dari dina­mika demokrasi. Tetapi harus dingat, jika memang ingin mem­besarkan partai, maka kader dan elite PPP harus membuang jauh-jauh ego sektoral yang saat ini me­landa PPP lewat faksi ter­sebut.

Berarti faksi itu tidak berlaku di Muktamar?
Ya, betul. Generasi PPP saat ini tidak lagi mengkategorikan atau mengklasifikasikan faksi mana dan dari mana. Masa sudah ge­nerasi ke tujuh lewat fusi, faksi itu masih digunakan. Kapan be­sarnya partai.

Tapi selama ini faksi NU se­lalu mendominasi?
Saya bukannya tidak setuju atau setuju. Semua ada mekanis­menya dan semua kader memiliki hak sama. Semakin banyak yang mencalonkan, itu bagus.

Bagaimana Anda melihat be­redarnya sejumlah anak muda mau memimpin PPP?
Saya pikir itu sangat bagus. Ini menunjukkan bahwa PPP berha­sil mencetak kader muda poten­sial sekaligus.  Adanya proses re­generasi dalam kepemimpinan.

Apa betul munculnya anak muda ini gara-gara kecewa ter­hadap kepemimpinan SDA yang dianggap gagal dalam pe­milu lalu?
Itu tidak benar. SDA telah ber­juang untuk memenangkan pe­milu.  SDA adalah sosok pe­mim­­pin yang loyal dan memi­liki jiwa pemersatu di internal partai kami. 

SDA masih memiliki peluang menjadi ketua umum?
Saya kira begitu, karena mayo­ritas DPW dan DPC masih men­dukungnya.     

Figur seperti apa sih yang di­harapkan kader PPP sebagai pe­mimpinnya?
Yang jelas, azas kepatutan dan kepantasan harus dilihat dari si calon. Yang pasti semua kader PPP memiliki peluang sama men­jadi ketua umum, ter­masuk SDA untuk mencalonkan kembali.

Dikabarkan Anda ikut dica­lonkan di Muktamar sebagai ri­val terkuat SDA?
Ha-ha-ha, itu tidak benar. Saya tidak memiliki ambisi untuk men­jadi ketua umum. Sebab masih banyak kader muda PPP yang potensial, termasuk SDA.

Ah, masa sih tidak mau di­calonkan?
Saya lebih baik mendorong anak muda PPP untuk maju, tanpa membawa faksi faksi. Jadi, proses Muktamar bisa dilakukan secara demokrasi.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA