“Semua kader PDI Perjuangan patuh dengan keputusan kongres yang merupakan sikap partai. Inilah yang terus kami jalankan,’’ ujar Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Terkait perbedaan pandangan tersebut, menurut putri Megawati dan Taufik Kiemas itu, tidak perlu ada spekulasi dalam isu ini. SeÂbab, semuanya sudah jelas bahwa PDI Perjuangan tetap menjadi partai oposisi.
“Dengan koalisi model baru yang dibangun saat ini, tidak mengganggu kinerja PDI PerÂjuangan. Sebab, kami terus beÂkerja agar rakyat bisa sejahtera. Sebab, itulah keputusan kongres. Kami terus konsisten menjalanÂkannya, yaitu bekerja untuk keÂpenÂtingan rakyat dan mensejahÂterakan rakyat Indonesia,†papar Puan.
Berikut kutipan selengkapnya:Apa yang akan dilakukan PDI-P ke depan terkait dibuatÂnya draft koalisi model baru?Untuk masalah ini, sebaiknya ditanyakan kepada pihak-pihak yang berada di koalisi. Tetapi bila ditanya sikap PDI Perjuangan, kami akan konsisten menjalankan hasil keputusan Kongres Partai.
Bagaimana PDI-P menjaga siÂkap oposisinya?Semua yang kami perjuangkan itu jelas mengacu ke ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Sikap poliÂtik juga sudah nyata ditentukan di kongres. Sesederhana itu kok. Semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat akan kami kritik. Kebijakan yang baik akan kami dukung, dari dulu kami selalu konsisten.
Bagaimana PDI-P menyikapi fenomena kader partai yang baÂnyak pindah partai menjeÂlang Pilkada?Kami menyayangkan fenoÂmena ini karena dapat menjadi pendidikan politik yang buruk bagi rakyat. Janganlah “habis manis, sepah dibuangâ€. Partai politik jangan cuma dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan kekuasaan, namun setelah itu ditinggalkan. Akhirnya rakyat akan bisa melihat siapa yang mencalonkan diri hanya untuk kekuasaan semata dan mana yang mencalonkan diri dengan niat bekerja untuk rakyat.
Sejauhmana ideologi partai dapat menjaga kekonsistenan kader di partai tersebut?PDI Perjuangan percaya bahwa yang namanya ideologi itu penting dalam berpolitik. Setiap kader tahu dan tak pernah berÂhenti kami ingatkan bahwa apa yang diperjuangkan harus selalu berada di bawah payung ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Inilah pengikat kami. Perlu diingat juga bahwa salah satu fungsi ideologi itu sebagai pemersatu, baik itu secara nasional maupun dalam sebuah partai.
Bagaimana Anda melihat keÂcenderungan penyeragaman panÂdangan dalam sebuah koaÂlisi?Ya sebenarnya tinggal dilihat awalnya koalisi itu dibentuk untuk apa, dan seperti apa pengaÂturan hubungan antar anggotaÂnya. Itu adalah kesepakatan berÂsama mereka. Kami lebih fokus bagaimana rakyat tidak terus menjadi korban dari penggaÂlangan kekuasaan yang tidak berpihak pada rakyat.
Menurut Anda apakah kebiÂjaÂkan pemerintah terkait perÂdagangan bebas yang diterapÂkan sekarang ini sudah pas?Sejak awal PDI Perjuangan suÂdah secara jelas dan nyata mengaÂtakan bahwa perdagangan bebas jangan sampai mengorbankan pelaku ekonomi dalam negeri. Apalagi produsen dan pedagang UMKM dalam negeri. Mereka harus diÂlindungi dan dikuatkan. Yang kita mau itu “Fair Trade†bukan “Free Tradeâ€.
Bagaimana Anda melihat keÂÂbijakan pemerintah yang meÂÂlakukan pengkajian ulang terÂhadap keÂbijakan ACFTA?Apa yang dilakukan pemerinÂtah adalah apa yang sudah kami perjuangkan sejak sebelum ACFTA diterapkan. Bila memang akhirnya ada pengkajian ulang terhadap kebijakan ACFTA, PDI Perjuangan berharap produsen dan pedagang dalam negeri menÂdapatkan perlindungan dan penguatan. Kalau bukan kita senÂdiri yang melindungi dan meÂnguatÂkan mereka, siapa lagi.
Apa yang harus dilakukan peÂmerintah dalam melindungi produksi dalam negerinya?Ada dua hal. Pertama, harus ada political will dari pemerintah untuk melindungi dan menguatÂkan produksi serta perdagangan dalam negeri. Kedua, setelah ada political will, lalu diterjemahkan dalam bentuk peraturan hukum. Harus ada insentif untuk produksi dalam negeri agar bisa berkemÂbang. Jadi, investor menjadi terÂtarik. Kemudian harus ada paÂyung hukum yang jelas dan nyata juga. Perlu diingat sampai sekaÂrang draft RUU Perdagangan belum diserahkan pemerintah ke DPR, walaupun sudah berkali-kali kami minta.
[RM]
BERITA TERKAIT: