Anehnya, Presiden AS, Barrack Obama mengklaim, operasi tersebut berhasil melinÂdungi warga tak bersalah yang terancam ‘pertumpahan darah’ oleh pemimpin Libya Muammar Khadafi. “Jangan salah, karena kami bertindak cepat, maka benÂcana kemanusiaan telah dihindari dan nyawa-nyawa warga sipil yang tak bersalah, pria, wanita dan anak-anak, telah diselamatÂkan,†tegas Obama dalam keteÂranganÂnya di radio dan media online, seperti dilansir
AFP, Sabtu, (26/3).
Tanggapan Obama menjawab berbagai kritikan terhadap opeÂrasi militer sekutu di Libya. Obama juga menegaskan, AS telah melimpahkan komando ke sekutu AS dan juga NATO. Menurut Obama, AS tidak selalu campur tangan dalam krisis yang terjadi. “Amerika Serikat tidak boleh dan tidak mungkin campur tangan setiap kali terjadi krisis di negara lain di dunia,†tegas Obama.
Di Tanah Air, DPR khususnya Komisi I yang salah satunya membidangi masalah pertahanan, dan luar negeri, mengecam tindaÂkan koalisi di Libya. Apa alasanÂnya? Dan apa yang harus dilakuÂkan pemerintah menyikapi konÂdisi ini? Wakil Ketua Komisi I DPR yang juga Ketua DPP Partai Golkar, Agus Gumiwang KartaÂsasmita, memberikan pandanganÂnya.
Berikut kutipan selengÂkapnya.Obama mengklaim tindakan koalisi di Libya tidak salah, meÂnurut Anda bagaimana?Tidak seharusnya sebuah negara atau gabungan dari bebeÂrapa negara (koalisi) ikut campur dalam masalah yang dihadapi negara tertentu. Negara yang seÂdang menghadapi masalah harus diberi kepercayaan bahwa meÂreka bisa menyelesaikan masaÂlahnya sendiri. Mesir dan Tunisia bisa jadi salah satu contohnya.
Tindakan Khadafi juga patut disalahkan?Di sisi lain, kita juga tidak menÂdukung adanya tindakan otoriter dan sewenang-wenang dari seÂbuah rezim atau penguasa yang dilakukan terhadap warganya sendiri, bahkan dengan menyataÂkan perang terhadap warga senÂdiri, dengan menggunakan keÂkuatan militer. Sesungguhnya militer hanya dapat digunakan dalam keadaan perang dengan negara lain. Yang lebih menyeÂdihÂkan lagi adalah adanya indiÂkasi bahwa Khadafi menyewa pasukan bayaran dari negara tetangga untuk membunuh warga negaranya sendiri.
Koalisi lakukan kesalahan, Khadafi juga sama begitu, siapa yang mesti meluruskan persoaÂlan ini?Karena ada dua kutub yang berbeda, yaitu pelanggaran HAM dan demokrasi yang dilakukan Khadafi, dan intervensi dari luar dalam menyelesaikan masalah di Libya, dimana keduanya tidak bisa dibenarkan, masalah Libya harus diselesaikan sepenuhnya oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Apabila memang diperÂluÂkan adanya kekuatan bersenjata dari luar Libya dalam rangka menstabilkan Libya, maka pasuÂkan tersebut harus UN Force, pasukan PBB.
Kenapa Liga Arab malah beÂrada di blok koalisi?Saya tidak tahu apa alasan seÂsungguhnya Liga Arab menduÂkung apa yang dilakukan koalisi, namun saya mempunyai keÂcurigaan, bahwa
mind set dan paradigma berpikir dari penguasa di negara-negara yang tergabung dalam Arab League tersebut masih sama, dan kental terhadap kepada kepentingan geopilitik dan ekonomi (energi) yang diÂwakilinya, termasuk kepentingan negara yang ada dalam koalisi tersebut.
Berkaca dari kasus Tunisia, Mesir, lalu Libya, apakah proÂyek demokratisasi di kawasan Timur Tengah ini by design atau by accident artinya karena ada desakan rakyat?Proses demokratisasi yang terjadi di Arab dan North Africa, awalnya bukan
by design, semua ini hanyalah merupakan hukum alam, yang cepat atau lambat pasti akan terjadi. Bahkan menuÂrut saya, proses yang dimulai dari Tunisia, Mesir dan seterusnya, ini terlambat.
Kenapa terlambat? Karena kita lihat bahwa justru sesungguhnya
by design bebeÂrapa penguasa-penguasa di kawaÂsan yang baru terguling dan seÂdang menghadapi masalah terseÂbut, diupayakan dipertahankan oleh negara-negara besar didunia, yang mempunyai begitu banyak kepentingan. Sehingga dengan mempertahankan penguasa-penguasa otoriter merupakan cara termudah untuk menjaga kepenÂtingan mereka. Bahwa kemudian yang terjadi di negara seperti Syria, dimana ada kecurigaan dari dunia, bahwa ini merupakan design dari negara tertentu, hanyaÂlah merupakan hal yang wajar, dengan menunggangi tuntutan demokratisasi dan reforÂmasi yang terjadi di kawasan.
Bagaimana proses ini berÂlangÂsung?Proses ini berlangsung begitu cepat, dan menjalar hampir ke semua negara di kawasan, maka, satu-satunya cara bagi negara yang mempunyai kepentingan besar di sana adalah ikut bermain dalam proses ini, dan berupaya agar apapun
output dan
outcome dari proses ini, akan tetap meÂngunÂtungkan mereka, terlepas adanya ketidak konsistenan dan
double standard dari kebijakan negara-negara besar.
Terdapat begitu banyak kontraÂdiktif yang dapat kita lihat dengan kasat mata, contohnya yaitu perÂbedaan kebijakan koalisi terhaÂdap Libya dan Bahrain, yang meÂnurut saya sangat aneh. Kita memÂÂbutuhkan konÂsistensi.
Apa yang harus dilakukan peÂmerintah RI?Harapan kepada Pemerintah RI dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kawasan, adalah secara gigih memperjuangkan semua masalah tersebut, apabila dianggap perlu melibatkan interÂvensi pasukan dari luar negara bermasalah, perlu diselesaikan dalam kerangka PBB.
Apabila Pemerintah RI berÂhasil memperÂjuangkan hal terseÂbut, merupakan sebuah kontriÂbusi mulia dalam menciptakan perdamaian dunia, karena interÂvensi kekuatan luar, bisa menimÂbulkan
cycle kekeÂrasan yang tidak akan pernah berhenti. PasuÂkan koalisi yang mengintervensi di Libya harus diganti dengan UN Force, pasuÂkan Arab Saudi yang didatangkan ke Bahrain harus dipaksakan untuk diganti dengan UN Force, dan seterusnya.
Lainnya?Di sisi lain, sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan sebelum menggunakan forces, seperti dialog. Dan ini juga yang harus didorong oleh pemerintah RI. Dialog pun menurut saya harus dipimpin, dan dalam kerangka UN, sehingga bisa lebih objective dan lebih netral dari berbagai kepentingan. Dalam konteks UN, Indonesia bisa berperan.
Secara pribadi, apakah seraÂngan ke Libya akan punya damÂpak khusus bagi Obama?Menurut saya, Obama dalam posisi yang dilematis dan ‘awkward’. Di satu sisi, Partai DemoÂÂkrat adalah partai yang mengedepankan terciptanya demoÂkrasi di dunia, dan harapan saya, Obama konsisten terhadap hal ini. Oleh sebab itu, dukunganÂnya terhadap terciptanya negara-negara yang demokratis di kawaÂsan sangat diperlukan, termasuk untuk Bahrain.
Operasi koalisi (yang didaÂlamnya ada Amerka) di Libya, mempunyai risiko yang sangat tinggi, berhasil saja pasti ada keÂcaman terhadap intervensi, apaÂlagi gagal, akan menjadikan kreÂdibilitas Amerika turun di mata dunia.
[RM]
BERITA TERKAIT: