“Perumusan di pemerintah hampir rampung. Tinggal mengÂkonkritkan kewenangan Sultan saja, setelah itu dilimpahkan ke DPR,’’ ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kapan persisnya?Ya, secepatnya, setelah selesai rumusan-rumusan kewenangan Sultan itu, tentu sudah bisa diÂseÂrahkan ke DPR untuk menggaÂrapÂnya. Sebab, di pemerintah suÂdah rampung.
Apa Anda yakin DPR sejalan dengan pemerintah soal RUU ini?Tentu yakin sejalan, tapi ya lihat saja nanti. Yang jelas, ini kan putusan pemerintah, nanti diÂgarap lagi di DPR. Kita tunggu saja apa hasilnya.
Apa putusan pemerintah ini bakal menyenangkan masyaraÂkat Yogyakarta?Saya yakin masyarakat Yogya bisa memahami apa yang dipuÂtuskan pemerintah ini. Sebab, inilah yang terbaik dari semua opsi yang ada.
Bukannya masyarakat Yogya menginginkan agar Sultan otoÂmatis menjadi guÂbernur?Makanya pemerintah mengÂambil jalan tengah, yakni pemiÂlihan gubernur dilakukan secara langsung, Sultan boleh ikut dengan diberikan hak-hak khusus dibanding calon yang lain. MiÂsalnya, tidak dikenakan syarat dukungan parpol atau gabungan parpol yang memiliki minimal 15 persen kursi di DPRD.
Apa harapan Anda?Saya berharap dengan penjelaÂsan yang sudah disampaikan pemerintah yang memperhatikan segala aspek itu, maka masyaÂrakat Yogya bisa memahami seÂcara komprehensif. Jadi, kita kemÂbali bisa bekerja dengan baik.
Kenapa sih pemerintah pusat ngotot agar Gubernur DIY diÂpilih secara langsung?Itu kan berdasarkan amanat UUD 1945, dipilih secara demoÂkratis. Tapi tetap memperhatikan keistimewaan Yogya.
Termasuk Solo?Ya, tentu. Itu kan sudah satu paket. Buktinya Paku Alam jadi wakil. Kalau orang nomor satuÂnya Sultan maka pembantunya Paku Alam. Keduanya punya kewenangan tertentu.
Jadi, pemerintah memperÂhatiÂkan nilai-nilai demokrasi dan keistimewaan Yogya dan Solo.
Kenapa pemerintah nggak mau referendum, apa khaÂwaÂtir kalah ?Ah nggak. Kan keistimewaan Yogya sudah diatur menurut UUD 1945. Undang-undang itu DPR yang memutuskan. Jadi, nggak ada hubungannya dengan itu, ha-ha-ha.
Kenapa sih pemerintah meÂnguÂtak-atik kewenangan SulÂtan itu?Dari awal memang sudah menjadi poin memperhatikan keistimewaan, memperhatikan UUD 1945, dan memperhatikan nilai-nilai demokrasi. Dari awal Presiden sudah bilang, itulah keputusannya.
Jadi, kalau ini menjadi polemik itu sudah biasa. Sebab, dalam negara demokrasi ini ada yang setuju dan tidak setuju. Itulah yang dihargai dari demokrasi itu sendiri dengan perbedaan-perÂbedaannya.
O ya, Anda dinilai berperan mengumpulkan maÂsukan dari berÂbagai kalaÂngan, apa beÂtul beÂgitu?Saya kan menghimpun banyak sekali maÂsukan. Mulai masukan dari interÂnet saya himÂpun, begitu juga dari media massa. Pendapat-pendapat di televisi juga saya dengar. SeÂmua itu kan masukan untuk kita dalam mengÂambil keÂsimÂpulan.
Tapi Anda mengÂÂÂkoÂmuÂniÂkasiÂkan deÂngan berbagai kaÂlangan juga kan?O ya. Kita melakukan komuÂnikasi bukan hanya masyarakat Yogya saja tapi semua daerah.
Apa sudah ketemu Sultan HaÂmengku Buwono X?Saya ketemu Sultan tadi (Jumat, 3/12).
Apa yang dibicarakan?Ngobrol sebentar saja.
Apa ada pembicaraan khuÂsus?Nggak.
Ah, masa sih nggak meÂnyingÂgung soal RUUK DIY itu?Kita nggak ada menyinggung itu (masalah Yogya). Kan huÂbuÂngan saya dari dulu kan baik. Jadi, nggak ada pembicaraan khusus.
Lantas apa yang dibicaraÂkan?Beliau mengatakan, dirinya nggak bisa hadir saat acara di Bandung karena ada acara PGRI di Yogya. Lalu saya katakan, O ya, tadi saya lihat di Televisi. Gitu aja. Saya kan kemarin (Kamis, 2/12) ke Bandung dengan Pak Wapres Boediono.
[RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.