Mustasyar PBNU "Merobek" Hasil Keputusan Rapat Pleno Syuriah

Kamis, 11 Desember 2025, 14:32 WIB
Mustasyar PBNU "Merobek" Hasil Keputusan Rapat Pleno Syuriah
Rapat pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) digelar di Hotel Sultan, Jakarta pada Selasa malam, 9 Desember 2025. (Foto: Istimewa)
MESTINYA konflik internal PBNU sudah selesai. Rapat Pleno Syuriah yang dipimipin langsung KH Miftachul Akhyar sangat bulat dan utuh. 

Tak ada lonjong dan pecah, malah robek pun tidak. Penunjukan KH Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum PBNU, bukti keputusan Syuriah pun didukung Tanfidziyah.

Tak ada cara lain yang lebih bijak untuk kepentingan organisasi dan umat, kecuali Ketua Umum PBNU yang sudah diberi sanksi pencopotan, KH Yahya Cholil Staqus, untuk ikhlas. 

Ketidakikhlasan tidak hanya memperburuk citra NU dan umat, tapi juga KH Yahya Cholil Staquf itu sendiri. Hanya akan mempertinggi tempat jatuh.

Kehadiran Khofifah Indar Parawansa dari Muslimat NU, dalam Rapat Pleno Syuriah kemarin, dan ikut mendukung KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketua Umum. Termasuk kehadiran Menteri Agama KH Nasaruddin Umar, sebagai salah seorang anggota Syuriah, secara matematis legitimasi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang sudah dicopot, berkurang.

Kecuali, kalau KH Yahya Cholil Staquf bisa mengumpulkan pihak yang sama. Maka yang mengemuka memang konflik personal Rais Aam dan Ketua Umum. Tapi kiranya itu tak akan terjadi. Terlalu personal jadinya, dan itu bukan lagi Syuriah.

Hanya saja keputusan Rapat Pleno Syuriah kemarin itu jadi kurang utuh dan agak robek sedikit, justru karena mulai bersuaranya KH Ma'ruf Amin, salah seorang penasihat atau mustasyar PBNU terkait tidak saja keputusan Rapat Pleno Syuriah itu, tapi juga pelaksanaan Rapat Pleno Syuriah itu sendiri.

Pertemuan antara Syuriah dan Tanfidziyah, yang dimediasi oleh Mustasyar di Tebuireng, dianggap sudah melarang Syuriah melakukan Rapat Pleno untuk menunjuk Pejabat Ketua Umum. Padahal menurut Syuriah, forum dengan Mustasyar itu tak memiliki kedudukan apa pun dalam organisasi NU.

Meski mengaku bersikap netral atau tak memihak, Mustasyar yang diwakili KH Ma'ruf Amin yang mulai tampil bersuara, seolah memperkuat posisi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang sudah dicopot, digantikan Pejabat Ketua Umum KH Zulfa Mustofa, yang notabene keponakan dari KH Ma'ruf Amin.

Paman menolak keponakannya. Padahal saat baru terpilih, KH Zulfa Mustofa sudah terlanjur pula mengatakan mendapat restu dari KH Ma'ruf Amin. Malu juga mungkin KH Zulfa Mustofa jadinya. KH Ma'ruf Amin seperti hendak membantah bahwa ini bukan soal paman dan keponakan, tapi organisasi.

Kalau Lembaga Syuriah PBNU dianggap melampaui kewenangannya dengan memberhentikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, karena tak mau diminta mundur, maka Mustasyar PBNU yang diwakili oleh KH Ma'ruf Amin juga sudah melampaui kewenangannya dengan menolak keputusan Rapat Pleno Syuriah PBNU yang sudah dilakukan sesuai mekanisme kuorum.

Harusnya para Mustasyar setelah memberi nasihat dan nasihatnya diterima atau ditolak, tak lagi ikutan, apalagi memaksakan nasihatnya itu supaya tetap harus dipakai. Percayakanlah sepenuhnya pada Syuriah sebagai Lembaga Tertinggi. Kecuali, tidak pula utuh.

Mustasyar yang diwakili KH Ma'ruf Amin khawatir sekali kalau pemberhentian atau pencopotan Ketua Umum oleh Syuriah ini menjadi preseden buruk bagi PBNU di masa mendatang. Bahkan, beliau memakai istilah pemakzulan untuk seorang Presiden. Terlalu mudah Ketua Umum dimakzulkan, istilahnya.

Tapi KH Ma'ruf Amin sendiri mengaku memang tak tahu pasti apa kesalahan yang dilakukan Ketua Umum yang membuat Syuriah bergeming. Yang diketahui memang soal Hubungan dengan Jaringan Zionis Internasional dan Tata Kelola Keuangan. Persisnya apa? Juga tidak tahu. Soal tambang paling populer.

Sebetulnya, antara Syuriah dan Mustasyar PBNU punya satu kesamaan bahwa pergantian Ketua Umum akan dilakukan di forum Muktamar, yang waktunya tahun depan. Bedanya Muktamar tahun depan itu dilakukan Pejabat Ketua Umum, bukan Ketua Umum.

Syuriah ingin melakukan Muktamar sementara Mustasyar ingin adanya Muktamar Luar Biasa, untuk pemberhentian Ketua Umum dan mengangkat Ketua Umum yang baru, bukan Pejabat Ketua Umum. Tujuannya sama, tapi caranya saja yang berbeda. Mustasyar ingin Muktamar Luar Biasa, Syuriah ingin Muktamar rutin seperti biasa.

Bagaimanapun, sepanjang konflik internal PBNU ini, rasa hormat dan salut pantas juga diberikan kepada Rais Aam KH Miftachul Akhyar. Beliau memilih tak banyak bicara, kecuali saat membacakan keputusan tempo hari. Beliau sudah bertemu dua kali empat mata dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, sebelum keputusan pemberhentian dibuat.

Syuriah bulat dan utuh sejak awal, hingga PJ Ketua Umum ditunjuk. Meskipun pihak Tanfidziyah yang diwakili Ulil Abshar Andala bicara soal konflik Ketum dan Sekjen, termasuk soal tambang, tapi pihak Syuriah kompak tak bicara apa pun.

Kalau berbicara mudaratnya akan jauh lebih besar, maka yang terbaik memang aksi diam.rmol news logo article

Erizal

Direktur ABC Riset & Consulting

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA