Statemen "ndasmu etik" ini seolah ingin mengulang materi
offside "tampang Boyolali" yang dulu terbukti efektif menghancurkan pilar-pilar dukungan politik di basis kekuatan lawan yang sedang dikonsolidasikan tim suksesnya.
Karena itu, jika Prabowo tidak mendisiplinkan diri dan timnya, kerusakan-kerusakan yang dianggap kecil ini bisa memicu migrasi pemilih ke kubu lawan politiknya.
Ekspresi marah dan jengkelnya Prabowo tak lebih karena isu putusan MK merupakan salah satu amunisi politik yang tergolong efektif untuk menembus jantung pertahanan politiknya.
Selain itu, Prabowo juga sudah mulai terpancing emosinya ketika ia merasa diserang Anies secara langsung di sesi pertama debat, tepatnya ketika Anies menceritakan nasib penegakan hukum pendukung Prabowo di Pilpres 2019 yang terkatung-katung.
Jika masih ingin tampil kompetitif, Prabowo harus segera memitigasi efek kerusakan yang tercipta akibat "ndasmu etik" ini.
Selain itu, tim Prabowo juga harus menjaga kedisiplinan Prabowo dalam menyampaikan statemen publik.
Demikian pula tim konten Calon Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, yang tampaknya sangat lemah, sehingga tidak lagi ada tragedi "asam sulfat" lagi dalam waktu kampanye yang tersisa.
*
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina,
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic)
BERITA TERKAIT: