REKAMAN CCTV kejadian itu viral. Tampak jelas Usmanto membanting Kurniawan, penyandang disabilitas sulit bicara itu. Bantingan dua kali. Kurniawan koma, kemudian meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.
Saksi kronologi kejadian ada dua: Halimah, 42, ibunda Kurniawan dan Harun, ayah bocah yang ditabrak sepeda Kurniawan. Isinya berbeda.
Halimah kepada wartawan, Kamis, 14 Desember 2023 menceritakan: Rabu, 13 Desember 2023 sekitar pukul 14.00 WIB Kurniawan yang bicaranya gagu sejak lahir, main sepeda. Lewat di depan rumahnya, di Gang IV, Jalan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Gang itu selebar dua meter. Cukup kencang.
Ia menabrak anak laki sebayanya. Kena kaki. Memar. Menangis. Kemudian ayah bocah itu, Hasan, 40, memarahi Kurniawan. Setelah itu Kurniawan lanjut main sepeda lagi. Sedangkan Hasan mendatangi rumah Kurniawan yang berjarak beberapa langkah.
Halimah: “Ayahnya (Usmanto) sedang tidur. Karena berisik Pak Hasan ngomel-ngomel, ayahnya bangun. Dilaporin soal Awan nabrak. Terus, ayahnya mendatangi Awan yang sedang main dengan teman-teman.”
Sampai di sini, kejadian terpantau kamera CCTV. Usmanto mengenakan celana pendek jeans, kaos hitam. Mendatangi Kurniawan berkaus merah sedang jongkok, main dengan teman. Usmanto membentak, memerintahkan Kurniawan berdiri. Setelah berdiri, Kurniawan ditampar dan dipukul.
Kurniawan balik badan hendak pergi. Pantatnya ditendang Usmanto, Kurniawan tersungkur. Lalu Usmanto mendatangi Kurniawan yang jongkok, mungkin maksudnya menghindari pukulan lagi.
Ternyata Usmanto mencengkeram kaus dan celana Kurniawan, diangkat tinggi, lalu dibanting mirip bantingan Smackdown. Dari rekaman CCTV terdengar suara wanita menjerit kaget. Tampak, Kurniawan kelojotan di tanah.
Lantas, Usmanto mengangkat tubuh Kurniawan lagi, dan membantingnya lagi. Kali ini tubuh Kurniawan sudah diam tak bergerak lagi. Suara beberapa wanita histeris. Rekaman video putus.
Halimah: “Dari situ, ayahnya menggendong Awan dibawa pulang. Awan keluar darah dari mulut, hidung dan kuping. Ayahnya menyeka darah itu. Terus para tetangga menyarankan segera ke rumah sakit. Ayahnya membawa ke rumah sakit. Tapi sudah meninggal waktu sampai rumah sakit.”
Kurniawan dibanting dari ketinggian sekitar 1,7 meter. Tubuhnya selain tertarik gravitasi, juga dihempaskan. Dua kali. Pastinya remuk. Keluarnya darah dari mulut, hidung, kuping, tanda terjadi luka dalam yang parah.
Kesaksian Harun, lain lagi. Kepada wartawan ia cerita, Halimah tidak ada di tempat ketika kejadian.
Harun: “Saya melihat kejadian Awan nabrak anak saya. Usmanto juga melihat itu, dia sedang gitaran depan rumahnya. Terus, saya nasihati Awan supaya jangan kencang-kencang, lalu Awan main lagi.”
Dilanjut: “Setelah itu saya masuk rumah. Tahu-tahu dengar suara gedebuk… dan ibu-ibu menjerit. Saya keluar rumah, melihat Usmanto menggendong Awan membawanya pulang. Jadi, tidak benar saya lapor Usmanto.”
Apa pun, Usmanto langsung digelandang polisi, dibawa ke Mapolsek Penjaringan. Kemudian dipindah untuk diperiksa intensif di Mapolres Jakarta Utara.
Kapolsek Penjaringan, Kompol Mochamad Probandono Bobby Danuardi kepada wartawan, Kamis (14/12) mengatakan, tersangka sudah ditahan di Polres Jakarta Utara.
Bobby: "Hasil pemeriksaan, tersangka ini memang temperamental, karena pecandu narkoba. Perkaranya sedang diproses.”
Istri Ketua RT setempat, Haria, 39 mengatakan, terharu atas kejadian itu. Kurniawan meskipun gagap bicara, tapi pandai bergaul. Suka menolong anak lain.
Haria: “Awan itu rajin membantu tetangga bersih-bersih, buang sampah, apa saja. Kalo diberi imbalan uang atau makanan, selalu ia bawa pulang, terus diserahkan ke ibunya. Ia mengutamakan ibunya. Anak sekecil itu seperti tulang punggung keluarga.”
Uniknya, pekerjaan Usmanto tidak tetap. Kadang kerja kadang menganggur. Anaknya empat, Kurniawan nomor tiga. Tapi, polisi mengatakan, ia pecandu narkoba. Belum jelas, dari mana uang untuk membeli narkoba?
Kurniawan juga suka main di Kantor Kelurahan Penjaringan. Di situ ia akrab dengan para petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang selalu mangkal di situ. Petugas PPSU bernama Juanda kepada wartawan mengatakan, Kurniawan hampir setiap hari bergaul dengan para petugas PPSU.
Juanda: “Yang ia lakukan, membantu kami. Mengumpulkan sampah. Kadang ia datang membawa kantong plastik besar, terus membukanya agar kami masukkan sampah di situ.”
Di antara petugas PPSU kadang memberi uang sekadarnya ke Kurniawan. Karena ia suka membantu, bahkan siap disuruh-suruh beli rokok atau membantu mengumpulkan sampah.
Juanda: “Ia pernah cerita ke kami, cita-citanya ingin jadi petugas pemadam kebakaran. Karena, ia sering melihat petugas pemadam bekerja. Juga senang melihat petugas Damkar di YouTube. Kami sedih dan kaget ia dibunuh bapaknya sendiri.”
Dilanjut: “Sumpah, Awan anak baik banget sama kita-kita. Saya pun heran. Pernah, kita (para petugas PPSU) lagi kumpul, tiba-tiba Awan beli air mineral, banyak banget, terus dikasih ke kita. Itu pakai uang Awan sendiri, Uang yang juga dikasih PPSU padanya, karena Awan bantu kami mengumpulkan sampah. Kami sekarang sedih mengenang kejadian itu.”
Apakah karena Usmanto pecandu narkoba, otomatis jadi sumbu pendek suka menganiaya anak?
Dikutip dari Jurnal Ilmiah,
Center for Substance Abuse Treatment edisi 25, berjudul:
Substance Abuse Treatment and Domestic Violence, disebutkan:
"Mungkin faktor terbesar yang berkontribusi terhadap kekerasan dalam rumah tangga adalah alkohol dan narkoba. Semua ahli teori utama menyebutkan, penggunaan alkohol atau narkoba secara berlebihan sebagai elemen kunci dalam dinamika pemukulan terhadap istri dan anak-anak dalam keluarga."
Dilanjut: "Namun, tidak jelas apakah seorang pria melakukan kekerasan karena dia sedang mabuk, atau apakah dia minum atau konsumsi narkoba untuk mengurangi hambatannya terhadap perilaku kekerasannya."
Maksud kalimat bagian akhir adalah: Mabuk efek dari alkohol atau narkoba bisa mengurangi, bahkan menghilangkan, hambatan rasa takut seseorang. Jika dalam kondisi normal (tidak mabuk) seseorang akan takut atau ngeri melakukan sesuatu yang sadis, tapi ketika mabuk, maka perasaan takut itu hilang seketika.
Seseorang mengonsumsi alkohol atau narkoba, umumnya semula sebagai pelarian atas problem hidup yang dirasa berat. Kemudian jadi kecanduan. Kemudian ia jadi paham, bahwa ketika mabuk ia merasa melakukan segala sesuatu secara enteng, tanpa beban. Tanpa beban moral dan etika, juga tanpa logika.
Dalam kondisi begitu, ia bisa melakukan apa saja, yang pada saat ia normal tidak mabuk, tidak bisa ia lakukan.
Tapi di kasus pembunuhan Kurniawan, kronologi berlangsung cepat. Pelaku tidak merencanakan. Bersifat spontan. Tersangka Usmanto tidak pakai narkoba dulu, baru kemudian menganiaya Awan, sebagai penghilang hambatan rasa ngeri menganiaya anak.
Juga, polisi belum mengumumkan hasil tes urine tersangka. Apakah pada saat kejadian ia sedang mabuk narkoba?
Ketika pemakaman Kurniawan, warga wilayah itu, juga para petugas PPSU Penjaringan ikut melayat. Banyak ibu-ibu menangis. Mereka ikut melepas kepergian anak gagu bicara itu.
Petugas PPSU mengangkat keranda mayat dari rumah duka, lalu dinaikkan ke ambulance, sampai turun ke pemakaman.
Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: