Loyalitas pada partaiku berakhir ketika loyalitas kepada negaraku dimulai, begitulah berlaku bagi politisi partai politik yang kemudian dilantik jadi pejabat publik.
Di setiap brosur atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga parpol selalu tercantum hal ihwal membela dan menjunjung tinggi kepentingan bangsa. Ideal sekali.
Tapi apakah demikian juga soalnya tatkala kepentingan primordial parpol atau keperluan taktisnya mengakibatkan benturan dengan kepentingan bangsa?
Kenegarawanan merupakan posisi yang menuntut suatu sikap kebijaksanaan dan keberanian (bahkan mungkin juga kenekatan). Tak semua orang punya nyali untuk menempuh suatu perjalanan kepemimpinan seperti ini.
Ketika mereka dihadapkan pada suatu situasi yang telah dirancang (diskenariokan) sedemikian rupa oleh sementara pihak, beranikah seorang pejabat publik – yang diharapkan berkelas negarawan – tetap konsekuen dan konsisten dengan kata “
my loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins�
Ini jadi pertanyaan yang selalu harus digaungkan, supaya diingat terus dari satu situasi ke situasi lainnya, dari generasi yang awal ke generasi berikutnya.
Tak gampang memang, karena hanya mereka yang berkelas negarawan yang mampu melakukannya.
Manakala pejabat publik dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang harus mereka ambil – dengan segala konsekuensinya – di situlah kualitas kenegarawanan terlihat.
Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Perspektif (LKSP), Jakarta
BERITA TERKAIT: