Di Indonesia sejak pertama kali diumumkan terjadinya peningkatan jumlah kasus yang sangat cepat di 34 provinsi. Penambahan kasus per hari sudah lebih dari 300 dengan peningkatan jumlah kematian dengan persentase tinggi.
Situasi ini bukan sekedar masalah kesehatan, namun menyangkut berbagai aspek yang kompleks. Banyak sekali penyesuaian dan perubahan yang harus dilakukan.
Interaksi dan aktivitas yang umum dilakukan orang Indonesia menjadi sangat berubah. Ada keterbatasan apabila harus bertemu tidak bersalaman, menjaga jarak, memakai pelindung masker dan tidak berkerumun. Pertemuan yang melibatkan banyak orang digantikan dengan interaksi jarak jauh.
Secara umum silaturahmi langsung menjadi terhambat. Muncul juga seruan yang terus menerus untuk selalu menjaga kebersihan, kebiasaan cuci tangan dan lain-lain, untuk mencegah tertular dan menularkan penyakit.
Bekerja pun dari rumah kecuali bila terpaksa memerlukan kehadiran fisik. Bagi pekerja kantoran, ini berarti memindahkan pekerjaan kantor ke rumah. Secara operasional ini bisa terlaksana dengan memberikan atau menerima instruksi dan berinteraksi secara online.
Berbeda dengan penyedia pelayanan langsung. Cara bekerja para penyedia layanan ini tidak mungkin diganti dengan bekerja dari rumah. Para penyedia layanan ini bukan saja di sektor jasa seperti ojek, tukang becak, tukang cukur, namun juga sektor lain seperti pedagang pasar tradisional, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan lain-lain.
Tidak bekerja berarti kehilangan peluang mendapat uang. Tentu ini menjadi masalah penghidupan yang tidak sederhana. Kemungkinan diperlukan alternatif usaha atau bahkan bantuan dari masyarakat secara gotong royong.
Terjadi pula perubahan luar biasa pada model pembelajaran. Seluruh institusi pendidikan perlu melakukan perubahan secara cepat karena aktivitas pembelajaran harus tetap berjalan dengan cara tidak seperti biasanya. Proses belajar mengajar dilaksanakan jarak jauh, tugas dan ujian dikerjakan di rumah. Semua ini menggunakan jaringan komunikasi jarak jauh, dalam bentuk e-learning, e-exam, webinar, dan online meeting.
Kecukupan berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok, kebutuhan pekerjaan, makanan/jajanan dan lain-lain didapatkan tanpa perlu keluar rumah. Pelayanan pesan antar ke rumah dengan telepon atau aplikasi sudah jamak dilakukan.
Hiburan seperti ke tempat wisata, mal, dan bioskop tidak dimungkinkan lagi selain karena banyak yang tidak beroperasi juga karena batasan keluar rumah untuk mencegah penularan virus di tempat umum. Semuanya digantikan dengan berbagai hiburan melalui televisi dan hiburan on demand melalui aplikasi dan jaringan internet.
Aktivitas anggota keluarga pun mengalami perubahan drastis. Para orang tua bekerja sementara anak belajar di sekolah. Perjumpaan biasanya hanya saat malam saja. Kini semuanya bisa berkumpul di rumah dan mengisi waktu dengan berbagai kegiatan: bekerja, belajar, memasak/membuat kue, menjahit, makan bersama, dan menonton televisi bersama.
Ada banyak interaksi kebersamaan yang selama ini sulit terwujud. Kebersamaan yang terjalin dalam waktu yang panjang membuat hubungan menjadi lebih akrab.
Bencana pandemi ini menimbulkan kecemasan bagi seluruh rakyat. Selain rasa khawatir terhadap penularan dan menjadi sakit, juga penyesuaian dengan berbagai perubahan.
Situasi ini mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi baru. Perubahan kebiasaan ini bisa menjadi hal yang positif bila memberi manfaat namun bisa pula dianggap negatif bila pola pikir yang dipakai adalah kebiasaan yang dianut sebelum terjadinya bencana.
Kebiasaan yang baru ini harus diterima karena keadaan. Kebiasaan baru ini akan berlanjut tidak tahu sampai kapan, kemungkinan sampai bencana pandemi ini berakhir atau berlanjut selamanya.
Kebiasaan baru ini bisa bersifat global karena situasi ini juga dialami di seluruh dunia. Hubungan antar manusia, aktivitas kerja, belajar, belanja, hiburan bisa jadi menjadi suatu pola universal dan menjadi budaya baru yang berlaku di banyak negara.
Suatu kebiasaan yang dilakukan terus-menerus oleh seseorang dan dilakukan juga secara terus-menerus oleh seluruh masyarakat akan menjadi kebiasaan umum. Bila berlanjut akan menjadi satu persepsi yang dianggap biasa dan benar maka akan membudaya.
Budaya merupakan seluruh bentuk sikap dan tingkah laku serta kebiasaan yang diwariskan. Secara umum adalah cara yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang prosesnya terjadi secara turun temurun. Kebiasaan baru tersebut akan menjadi budaya yang dianut secara bersama-sama.
Demikian pula dalam situasi wabah Covid-19. Terbangun suatu kebiasaan baru yang dilaksanakan karena keadaan yang memaksa sebagai upaya mengurangi risiko penularan dan terjangkit penyakit. Beberapa hal memerlukan upaya luar biasa untuk penyesuaian dalam waktu singkat. Bergerak secara serentak untuk menjamin berbagai aktivitas dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.
Penyesuaian sikap interaksi silaturahmi yang selama ini dianut masyarakat Indonesia seperti bersalaman, cium tangan, cipika-cipiki menjadi hilang. Bekerja dari rumah dengan capaian sasaran lebih rendah karena keterbatasan interaksi.
Penyiapan materi pembelajaran jarak jauh yang relatif terbatas hanya menjangkau aspek kognitif. Belanja online dengan keterbatasan dalam memilih. Hiburan yang terbatas menyesuaikan ketersediaan di rumah. Kendala dan kesulitan yang ada menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Seiring perjalanan waktu, kebiasaan baru dapat terus melekat dan berlanjut menjadi budaya. Kita berharap hal baik yang sudah menjadi budaya bangsa Indonesia dapat kembali berjalan seperti semula, seperti saling bersalaman, cium tangan kepada orang tua, dan silaturahmi dengan tetangga dan keluarga.
Kebiasaan baru yang membawa manfaat baik seperti kebiasaan hidup sehat, cuci tangan, kebersamaan dan keakraban dalam keluarga, saling membantu/gotong royong, pembelajaran online dan yang lainnya juga dapat diberi perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya.
Situasi bencana wabah Covid-19 ini membawa kesulitan dan kesedihan pada bangsa kita dan berpotensi mengubah budaya kita.
Semoga bencana ini segera berakhir dan secara umum tidak mengubah budaya baik kehidupan bangsa kita. Kita menyambut budaya baru yang baik terutama kebiasaan hidup sehat yang selama ini belum membudaya di negara kita. Salam sehat
!
Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP-RE(K)Gurubesar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.
BERITA TERKAIT: