Hingga Tahun 1970an, setiap Perayaan 17 Agustusan, setiap acara karnaval, selalu ada tarian Buta Hejo. Tarian ini menceritakan tentang jahatnya kapitalisme, yang serakah. Biasanya yang membawakan tarian ini adalah Lekra, Lembaga Kebudayaan Rakyat, underbouw PKI.
Tapi yg mengherankan kenapa setelah paska G30S 1965, tarian ini masih berlangsung...?? Jawabannya adalah, banyak anggota PKI, BTI, SOBSI dan Lekra berhijrah menjadi PERTANU-NU, PERTANI-PNI dan menjadi NU dan PNI.
Mengapa BTI, SOBSI, Lekra dan PKI ditolong oleh NU dan PNI...??
Sebab kiai NU di Jawa Barat, bukanlah tuan tanah, maka secara sosiologis tak ada ketegangan dengan PKI, bahkan yang ikut mendukung landeform, di samping PKI, NU dan TNI pun turut serta merumuskan.
Adapun kiai NU Jawa Tengah dan Jawa Timur, secara sosiologis, kiai = tuan tanah, maka PKI dengan NU berseberangan...
Kecamatan Cibatu, di zaman Hindia Belanda sangatlah dikenal oleh masyarakat Pulau Jawa, sebab adanya stasiun kereta api yang menjadi perlintasan dari Anyer hingga Surabaya, melalui jalur selatan.
Di zaman Hindia Belanda, kehidupan masyarakat sangatlah maju, dan makmur, disebabkan adanya perkebunan teh, kopi dan kentang yang lumayan besar.
Justru ketika merdeka, masyarakat Garut malah menjadi termiskin di Jawa Barat. Hal ini disebabkan diteror oleh DI-TII yang didukung Amerika Serikat, selama 13 tahun lamanya.
Hal ini membuat masyarakat Garut menjadi traumatik, hingga kini.
Banyak orang Garut yang cerdas-cerdas berhijrah ke luar Garut, sehingga yang menjadi camat dan bupati dijabat oleh orang -orang yang di bawah standar. sebaliknya di Kabupaten2 di seluruh Jawa Barat, bupatinya berasal dari Garut, tapi mereka tak mau mengaku sebagai urang Garut, karena selalu distigmakan sebagai gerombolan DI-TII, walaupun berseberangan dengan DI-TII.
Menurut ahli psikologi, apabila urang Garut yang traumatik dengan peristiwa DI-TII tak diatasi, 500 tahun baru bisa hilang dari beban psikologis.
Sungguh ironis sekali Cibatu, Garut, Jawa Barat dan nusantara sudah 72 Tahun merdeka, tapi belum MERDESA: Adil-Makmur-Beradab.
Malah lebih makmur di zaman Hindia-Belanda.
Kusesalkan kakek buyut aku, Haji Hasan, peristiwa Cimareme tahun 1919 memberontak pada Belanda, tewas empat, yang hidup dibuang ke Digul dan Sawahlunto, gegara itukah HOS. Tjokro Aminoto, ditangkap pemerintah Hindia-Belanda...
Kini nusantara dikuasai #KapitalismeGlobalChina yang lebih biadab dibandingkan Hindia Belanda. Hutan seluas setengah Pulau Jawa, dikuasai 9 Naga Taipan. Ratusan ribu hektar lahan dibangun properti untuk menampung puluhan juta Warga Negara Indonesia bagian Tionghoa.
Tentunyaaaahh...
Tentunyaaaahh...
Tentunyaaaahh...
[***]
Dadang Merdesa
@pelukismerdesa