Kontingen Indonesia menutup pesta olahraga Asia Tenggara tersebut di peringkat kedua klasemen akhir dengan raihan 334 medali, terdiri atas 91 emas, 112 perak, dan 130 perunggu. Capaian emas itu melampaui target pemerintah yang ditetapkan sebanyak 80 emas, meski Indonesia tampil di kandang lawan.
FWK menilai prestasi olahraga tersebut bukan sekadar soal kemenangan, tetapi mencerminkan efektivitas kerja kolektif lintas sektor. Keberhasilan itu dinilai relevan untuk diterapkan dalam menghadapi tantangan nasional yang diproyeksikan masih berat pada 2026.
Dalam diskusi FWK yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu, 24 Desember 2025, yang dihadiri sejumlah wartawan senior diantaranya Hendry Ch Bangun, Raja Parlindungan Pane, AR Loebis, Iqbal Irsyad, Budi Nugraha, Herwan Pebriansyah, Dadang Rahmat, dan lainnya, menyoroti pentingnya mengaplikasikan semangat kebersamaan SEA Games dalam penanganan bencana, khususnya di Pulau Sumatera.
Salah satu pendiri FWK, Hendry Ch Bangun menyebut sejarah Indonesia menunjukkan bahwa persatuan selalu menjadi kunci saat bangsa ini berada dalam situasi krisis. Menurutnya, tekanan ekonomi global dan dinamika domestik hanya bisa dihadapi dengan kekompakan dan kerja nyata.
Koordinator FWK Raja Parlindungan Pane menambahkan, solidaritas masyarakat dalam membantu korban bencana di Sumatera menjadi bukti bahwa optimisme nasional memiliki dasar faktual. Bantuan logistik, medis, dan kemanusiaan menunjukkan negara dan masyarakat bergerak bersama.
FWK menilai 2026 akan menjadi tahun pembuktian bagi efektivitas kebijakan pemerintah, mulai dari penanganan bencana, program Makan Bergizi Gratis, hingga stabilitas ekonomi. Prestasi SEA Games 2025 dinilai memberi pesan tegas bahwa Indonesia memiliki modal sosial untuk bertahan dan melampaui target, bahkan di masa sulit.
BERITA TERKAIT: