Proyek tersebut secara resmi dimulai pada Rabu 5 November 2025, menandai fase baru dalam upaya kolaboratif antara Indonesia dan Taiwan dalam penanganan sampah laut di kawasan Indo-Pasifik.
"Program ini mencakup lokakarya internasional dan penelitian bersama terkait pengelolaan sampah laut, teknologi inovasi daur ulang plastik, serta penguatan tata kelola lingkungan maritim berkelanjutan," kata Ketua Dewan Pembina THC, Ilham Akbar Habibie, saat peluncuran program tersebut di Jakarta.
Lokakarya internasional dijadwalkan berlangsung pada 6 November 2025, dengan menghadirkan pembicara dari Indonesia, Jepang, Filipina, dan Taiwan. Sementara itu, riset kolaboratif akan difokuskan pada model kemitraan internasional dalam inovasi manajemen sampah plastik dan akan diterbitkan melalui ASEAN Briefs, kanal publikasi milik THC.
Ilham Habibie menekankan pentingnya peningkatan kesadaran publik mengenai isu sampah laut serta penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui kolaborasi internasional lintas sektor.
Sementara itu, Direktur Departemen Pembangunan Internasional OAC, Dr. Lee Shan Ying menegaskan bahwa laut adalah ruang tanpa batas yang membutuhkan tanggung jawab kolektif global. Ia menyebut kerja sama THC-OAC sebagai wujud visi Taiwan dalam menciptakan laut yang sejahtera melalui kemitraan global demi masa depan yang berkelanjutan.
Dari sisi ilmiah, Prof. Muhammad Reza Cordova dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa sampah laut dari Indonesia telah menyebar hingga ke Samudera Hindia bahkan mencapai pesisir Afrika. Karena itu, ia menilai solusi pengelolaan sampah laut harus bersifat komprehensif dan multipihak, mulai dari hulu hingga hilir.
BERITA TERKAIT: