Dalam kesempatan itu, Ibas menyatakan bahwa meskipun negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) berada di bawah tekanan untuk berpihak dalam dinamika global, ASEAN memilih non blok, dengan menjunjung nilai-nilai dasar seperti netralitas, persatuan, dan saling menghormati.
Ia pun menyebut kekuatan ASEAN terletak pada kemampuannya untuk bersatu dan bertindak sebagai jembatan antar kekuatan global demi menjaga stabilitas dan kemakmuran bersama.
“Saya senang berada di sini bersama begitu banyak mahasiswa cerdas dari Malaysia, seluruh ASEAN dan bahkan dunia. Saya menganggap pemaparan ini sebagai perjalanan yang kita lalui bersama,” ujar Ibas dalam keterangan resminya, Jumat 3 Mei 2025.
Ibas yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini kemudian menyoroti bagaimana keadaan geopolitik dunia saat ini.
“Kita hidup di masa perubahan besar di seluruh dunia. Setiap hari kita melihat peristiwa besar yang memengaruhi semua orang, bahkan kita di Asia Tenggara. Contoh yang jelas adalah perang Rusia-Ukraina. Meskipun konflik itu jauh dari Malaysia dan Indonesia, namum memengaruhi kita. Konflik itu telah membuat harga minyak dan pangan semakin tinggi,” kata dia.
Ketegangan Amerika Serikat dan Tiongkok juga turut disorot Ibas sebagai elemen dunia multipolar yang memaksa banyak negara berkembang berada dalam tekanan untuk memilih pihak.
Ia menyatakan bahwa ASEAN dengan prinsip netralitas dan persatuan, menjadi nilai dasar, secara konsisten menolak tekanan untuk berpihak dalam konflik adikuasa.
“Sekarang dengan beberapa negara adikuasa, bukan hanya satu atau dua. Karena persaingan ini, negara seperti Malaysia, Indonesia terkadang merasa tertekan untuk memilih satu pihak. Namun jawaban ASEAN pada dasarnya adalah tidak,” katanya.
“Tidak, terima kasih. Kami tidak ingin memihak di antara negara-negara besar. Keamanan kami berasal dari persatuan dan netralitas. Kami mengingat nilai-nilai dasar ASEAN, yaitu netralitas, persatuan, dan saling menghormati,” imbuh Ibas.
Ibas menyatakan bahwa pihaknya ingin berteman dengan semua orang dan tidak bermusuhan dengan siapa pun. Di Indonesia, prinsip sejuta teman dan nol musuh, ‘A Million Friends and Zero Enemies’.
“Artinya, kami lebih memilih dialog dan kerjasama daripada konflik,” kata Ibas.
Ibas juga menekankan bahwa ASEAN berkomitmen untuk tetap netral dan menjalin hubungan baik dengan semua negara.
“ASEAN paling kuat jika berdiri bersama. Persatuan adalah jalan kita menuju keamanan, kemajuan dan kesejahteraan. Kami ingin ASEAN menjadi platform untuk kerjasama, bukan arena persaingan negara-negara besar,” tuturnya.
Keberagaman ASEAN, kata Ibas, memungkinkannya bertindak sebagai jembatan antara kekuatan global yang mendorong dialog dan kerjasama.
“Ketika negara-negara ASEAN berbicara dengan satu suara, kita bisa menjadi pemain di meja, bukan hanya pion dalam permainan orang lain,” ujarnya.
Ditambahkan Ibas, bahkan ketika negara-negara adikuasa dunia bersaing, tujuan ASEAN adalah untuk tetap stabil, tetap damai, dan menjaga keamanan kesejahteraan kawasan kita.
“Komitmen ASEAN terhadap multilateralisme dan penyelesaian konflik secara damai telah berkontribusi pada stabilitas di Asia Tenggara. Dengan tetap netral dan bersatu, kami memastikan bahwa geopolitik global tidak mengganggu stabilitas Asia Tenggara,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: