Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan memandang, penyematan istilah "Raja Jawa" oleh Bahlil kepada Jokowi tidak disertai narasi positif, sehingga ditangkap negatif oleh publik
"Bahlil justru sedang mendeskripsikan realitas atau sisi nyata Sang Raja Jawa yang dianggapnya kuat, hegemonik dan banyak menekan elite politik," ujar Yusak kepada
RMOL, Senin (26/8).
"Sayangnya, personifikasi Raja Jawa yang diungkap Bahlil lebih banyak mengungkap sisi negatif ketimbang sisi positif," sambungnya.
Dia menilai, Bahlil tak mengerti gambaran Raja Jawa yang sebenarnya dalam komunikasi politiknya menyinggung soal kekuasaan Jokowi.
Hal itu menurutnya nampak dari kata-kata "Jangan coba main-main dengan barang ini. Bisa celaka kita" yang dilontarkannya.
"Gambaran sifat Raja Jawa yang diungkap Bahlil ini kan Raja Jawa yang bengis, harus dipatuhi dan cenderung menghalalkan segala cara saat berkuasa," tuturnya.
Oleh karena itu, personifikasi Raja Jawa yang disampaikan Bahlil untuk Jokowi tidak akan memberikan dampak positif bagi dirinya maupun Jokowi.
"Tidak ada deskripsi sifat positif sama sekali. Padahal dalam lanskap historis kekuasaan Jawa, Raja Jawa tidak selamanya identik dengan sifat-sifat buruk tersebut," ucapnya.
"Bahlil tidak sadar sedang menelanjangi perilaku buruk kekuasaan (Jokowi) itu sendiri," demikian Yusak menambahkan.
BERITA TERKAIT: