Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang menekankan pentingnya menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam mentransformasikan ekonomi hijau berkelanjutan.
“Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045, mengurangi emisi sebesar 86 juta ton CO2 ekuivalen, dan menciptakan hingga 4,4 juta lapangan kerja,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/7).
Ekonomi hijau penting dalam menyetarakan penghasilan Indonesia dengan negara maju hingga keluar dari
middle income trap. Airlangga menegaskan, ada dua peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi hijau.
Pertama, transisi aktivitas ekonomi eksisting. Pada sektor energi, upaya transisi diarahkan melalui penerapan energi baru dan terbarukan, seperti energi surya, angin, hidro, dan biomassa.
Kedua, yaitu memunculkan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan sektor dan aktivitas sirkular inovatif, termasuk industri berbasis SDA hayati berkelanjutan hingga industri pemanfaatan limbah.
“UMKM juga dapat menjadi aktor utama dalam transisi ekonomi sirkular. Baik
startup maupun UMKM memerlukan dukungan pendampingan dan pendanaan untuk pengembangan bisnis," tutup Ketua Umum Partai Golkar ini.
BERITA TERKAIT: