Demikian antara lain pandangan analisa pengamat politik Citra Institute Efriza saat dimintai tanggapannya terkait perolehan suara PPP di Pemilu 2024 yang hanya 3,87 persen dan gagal masuk Senayan.
"PPP gagal ke Senayan jelas-jelas menunjukkan peran kiai tidak berpengaruh besar kepada PPP. Kekuatan hubungan kiai dan santri tidak tampak lagi menjadi faktor pendongkrak suara (PPP)," kata Efriza kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (23/3).
Dosen ilmu pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam) tersebut menegaskan, strategi PPP menghadapi Pemilu 2024 memang tidak lagi mengedepankan pengaruh tokoh agama di panggung kontestasi pemilihan legislatif (pileg).
"PPP tidak lagi memiliki ciri khas, meski umumnya PPP didukung oleh kalangan Islam dan punya pendongkrak suara dari kalangan Nahdlatul Ulama," tuturnya.
Namun jika melihat hasil Pemilu 2024, Efriza menduga warga NU mulai bergeser dan tidak lagi memilih PPP.
"Tampaknya warga nahdliyin sudah memilih kepada PKB dengan tren yang cenderung naik. Sedangkan PPP malah turun drastis," tutup Efriza.
BERITA TERKAIT: