Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Politik Pencitraan Tak Laku di 2024, Romo Benny: Bongkar Budaya Kepalsuan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Jumat, 06 Oktober 2023, 15:53 WIB
Politik Pencitraan Tak Laku di 2024, Romo Benny: Bongkar Budaya Kepalsuan
Komunikolog, Romi Benny Susetyo saat menjadi pembicara dalam diskusi media bertajuk "Arus Balik Politik Jokowi", di Kantor Formappi, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/10)/RMOL
rmol news logo Strategi politik pencitraan di Pilpres 2024 diprediksi tak akan laku lagi. Pasalnya, pola pikir masyarakat tentang sosok pemimpin sudah berubah.

Komunikolog, Romo Benny Susetyo memperhatikan, corak masyarakat dalam memilih sudah tidak bisa dikadali lagi.

"Politik citra akan habis dengan sendirinya, karena rakyat punya kecerdasan luar biasa," ujar Benny dalam diskusi media bertajuk "Arus Balik Politik Jokowi", di Kantor Formappi, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/10).

Menurutnya, ada satu tolak ukur yang cukup mendalam dalam hal menentukan pemimpin. Hal itu terdapat di teori Jawa.

"Dalam teori Jawa itu, bagaimana pemimpin  yang punya roso," sambungnya mengutarakan.

Karakteristik pemimpin yang punya roso atau yang berarti "rasa", adalah mereka yang memiliki upaya untuk bersama rakyat.

"Punya kedekatan, komunikasi tidak kaku, cair, orangnya tidak ambil jarak, tidak ada resistensi," urai Benny.

Lebih dari itu, mantan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu mengajak masyarakat untuk mempertimbangkan teori Jawa itu dalam memilih pemimpin.

"Karena itu yang harus dilihat rakyat kecil, yaitu roso. Bongkar budaya kepalsuan. Pemimpin itu lahir dari sebuah gagasan, tentang apa yang menjadi keluh kesah rakyat. Di situ ada semacam daya magis," demikian Benny menambahkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA