Dalam pertemuan di Jakarta itu, delegasi Malaysia dipimpin oleh Deputy Chairman ASEAN-BAC Malaysia, Tan Sri Tony Fernandes didampingi anggota dewan Lim Chern Yuan; Direktur Eksekutif ASEAN-BAC Malaysia, Jukhee Hong, serta perwakilan beberapa perusahaan besar Malaysia.
Berbagai hal dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain tentang perdagangan dan sistem pembayaran lintas batas, serta perkembangan kendaraan listrik (EV).
“Kawasan ASEAN memiliki sumber daya energi alami yang besar sehingga dapat mendorong permintaan global. Ini merupakan keuntungan besar bagi ASEAN," kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/9).
Ke depan, negara-negara ASEAN memiliki pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, yakni mengembangkan industri hilir sebagai titik kunci dalam rantai pasok global.
Perekonomian digital di ASEAN diproyeksikan meningkat hingga mencapai sekitar 330 miliar dolar AS pada tahun 2025. Apalagi didukung implementasi ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) di tahun 2025 ketika Keketuaan ASEAN akan dipegang oleh Malaysia.
ASEAN juga perlu mengambil keputusan strategis yang berdampak. Bidang-bidang strategis yang pernah dibahas dalam Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN sebelumnya, antara lain mendorong pertumbuhan lanskap kendaraan listrik ASEAN.
Selanjutnya adalah bagaimana memperkuat hubungan perdagangan dan investasi regional, mendorong tindakan pembangunan berkelanjutan yang kolaboratif yaitu misalnya dengan meluncurkan proyek energi ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya, dan menghubungkan ASEAN melalui alat strategis dan sistem pembayaran QR Regional.
“Nantinya, masyarakat Indonesia yang bepergian ke Malaysia, Thailand, Singapura, maupun negara-negara ASEAN lainnya akan bisa melakukan pembayaran dengan QR. Kalau di Indonesia sendiri telah dipergunakan QRIS secara luas di banyak
merchant," sambung Airlangga.
Menko Airlangga mengungkapkan bahwa fokus utama ASEAN-BAC adalah memfasilitasi perdagangan, investasi, dan menarik FDI.
Di lain pihak, Tan Sri Tony Fernandes mengaku sangat kagum dengan kebijakan perekonomian yang diterapkan di Indonesia.
“Kami harus memuji pemerintah Indonesia, di mana hal ini membuka mata kita semua bahwa Indonesia sangat progresif (dari sisi ekonomi), juga sangat terbuka serta transparan (dari sisi pemerintahan),” jelas Tony.
BERITA TERKAIT: