Dalam keterangan resminya, FIFA tidak menyebut faktor penolakan kehadiran Tim Israel sebagai penyebab pencoretan tersebut. Sekalipun banyak pihak yang menghubungkan pencoretan ini sebagai buntut dari sikap Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menolak kehadiran Israel dalam turnamen tersebut.
Melalui laman resminya, FIFA justru menyinggung tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Oktober 2022. Tragedi tersebut telah membuat 135 orang kehilangan nyawa.
Meskipun begitu, publik kadung memberikan sentimen negatif terhadap Ganjar dan Koster yang merupakan kader PDIP sebagai biang keladi batalnya Indonesia menghelat ajang sepak bola kelas dunia ini.
Dalam pandangan Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia, Andi Yusran, hal ini menjadi dilema bagi Ganjar dan PDIP. Sentimen negatif ini bisa membuat elektabilitas Ganjar dan PDIP terjun bebas.
"Ini akan berpengaruh signifikan (terhadap) penurunan elektabilitas Ganjar terutama dari kelompok milenial yang gemar sepak bola, juga penurunan suara dari pemilu nonideologis. Sementara pemilih ideologis terutama pemilih Islam juga sulit diperoleh," kata Andi saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (30/3).
Lalu bagaimana potensi suara PDIP dalam Pemilu Legislatif 2024?
Andi memprediksi kegagalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 akan berimbas juga pada penurunan suara PDIP dari kantong pemilih milenial dan pemilih tradisional yang berasal dari pencinta sepak bola.
"Sebagai efek dari penolakan Bali dan Jateng yang diidentifikasi sebagai kader PDIP atas kehadiran Israel dalam drawing piala dunia U-20," demikian Andi Yusran.
Sejauh ini tuan rumah baru pengganti Indonesia belum diumumkan oleh FIFA, meski tanggal turnamen tidak berubah. Sementara sanksi untuk PSSI akan diputuskan FIFA pada tahap selanjutnya.
BERITA TERKAIT: