Pernyataan itu disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), dalam keterangannya, Rabu (15/3).
"Sebagai contoh, saat ketua umum menegaskan bahwa rakyat sedang susah, itu bukan isapan jempol. Itu bukan statemen yang dibuat-buat untuk mendiskreditkan kerja pemerintah atau menyinggung pihak manapun. Itu didasarkan fakta lapangan," kata Ibas.
Menurutnya, dalam enam bulan terakhir keliling nusantara, AHY mendengar secara langsung suara rakyat, menyampaikan aspirasi, tanpa perantara.
Dia mencontohkan seorang ibu rumah tangga bernama Yanti, di Sulawesi Tengah, yang mengeluhkan harga beras 50 kilogram nyaris Rp 1 juta. Artinya, harga per kilo mencapai 20 ribu rupiah. Itu jauh di atas harga eceran tertinggi di pasaran.
Fakta itu, kata dia, tentu terkait tekanan ekonomi dunia yang cukup berat dan tak terkecuali Indonesia. Alhasil, di Tanah Air, inflasi melewati ambang batas. Lebih dari 5 persen.
Kini masyarakat kembali merasakan kenaikan harga barang, sebagai second round effect dari kenaikan harga BBM tahun lalu.
Menurut Ibas, AHY tidak sedang mengarang cerita. Sebagai bagian dari pengurus partai, ia kerap mendengar keluhan itu saat turun lapangan mengunjungi Dapilnya di Jatim 7, dan apa yang disampaikan AHY pada pidatonya juga aspirasi yang kerap ia dengar langsung dari masyarakat.
"Sekali lagi, itu suara rakyat, dan harus disampaikan. Kita fair, yang baik kita apresiasi, tapi kalau ada suara seperti keluhan terkait harga-harga, ya harus disampaikan, meski mungkin terdengar pahit," kata Ibas.
Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan pidato politik di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3). Ribuan kader Demokrat mulai pengurus pusat hingga daerah tumpah ruah.
BERITA TERKAIT: