Hal tersebut akan terjadi ketika Gubernur Jabar itu maju sebagai calon wakil presiden atau menjadi jurukampanye untuk calon presiden di luar Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Begitu analisis pendiri SMRC, Saiful Mujani, yang dipresentasikan melalui program "Bedah Politik bersama Saiful Mujani" episode â€Ridwan Kamil dan Calon Presiden Golkar†di kanal YouTube SMRC TV, Kamis (26/1).
Masuknya RK, begitu sapaan Ridwan Kamil, ke Partai Golkar merupakan pilihan yang masuk akal. Mengingat, partai berlambang pohon beringin itu merupakan partai besar yang pernah berjaya di Jawa Barat.
"Di Jawa Barat, partai ini memiliki sejarah kesuksesan," ujar Saiful, dalam keterangan yang diterima
Kantor Berita RMOLJabar.
Menurutnya, bergabungnya RK bisa membantu Partai Golkar dalam menghadapi Pileg maupun Pilpres. Akan tetapi, publik saat ini masih mempertanyakan kemungkinan RK untuk maju sebagai capres.
"Dilihat dari pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan, Ridwan Kamil menyatakan bahwa dia tahu diri," katanya.
Pernyataan RK tersebut, lanjut Saiful, merupakan salah satu sikap bahwa mantan Walikota Bandung itu akan mengikuti segala keputusan yang ditetapkan oleh Partai Golkar.
Jika menoleh ke belakang, pada pilpres 2014 Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie cukup rasional dalam menentukan capres. Padahal bisa saja Partai Golkar mengusung Aburizal Bakrie, apalagi pada saat itu Golkar sebagai partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan.
"Tidak mudah waktu itu bagi Aburizal untuk memenangkan pemilihan presiden. Karena itu dia tidak maju. Itu adalah keputusan yang rasional," ucap Saiful.
Begitu juga pada Pilpres 2019, Airlangga Hartarto yang juga sebagai Ketua Umum Partai Golkar memilih untuk tidak maju sebagai capres, tapi bergabung mendukung Jokowi. Hal itu adalah perhitungan rasional.
Dari data SMRC sendiri, survei yang dilakukan pada Desember 2021, dukungan pada Prabowo di Jabar sangat tinggi, mencapai 34,5 persen. Sementara Ganjar hanya 13,8 persen, Anies 16 persen, dan Ridwan Kamil 17,4 persen.
Satu tahun kemudian, Desember 2022, suara Prabowo turun menjadi 20,8 persen, Ganjar 16,1 persen, Anies 22,5 persen, dan Ridwan Kamil 20,2 persen. Suara Anies, Prabowo, dan Ridwan Kamil seimbang karena selisihnya tidak signifikan secara statistik.
Hal itu, imbuh Saiful, menunjukkan bahwa pemilih di Jabar terbelah. Sehingga, jika Prabowo, Anies, maupun Ridwan Kamil bersaing maka tidak ada yang bisa memenangkan mayoritas suara di Jabar. Data tersebut menunjukkan Jabar tidak solid pada satu tokoh. Ridwan Kamil tidak cukup dominan di Jawa Barat.
Jika Prabowo, Anies, Emil, dan Ganjar maju, di Jawa Barat, Saiful menyebut, RK tidak bisa menang. Namun Saiful memberi catatan bahwa Ridwan Kamil bisa menghambat suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat.
"Jawa Barat terpecah (suaranya)," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: