Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (16/9).
"Wacana duet Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2024 merupakan bentuk model 'keputusasaan', harapan dan ketidakberdayaan menyakinkan masyarakat untuk mendukung wacana presiden Jokowi untuk 3 (tiga) periode," ujar Pangi.
Dosen politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatllah Jakarta ini melihat, wacana perpanajngan masa jabatan Presiden Jokowi menjadi 3 periode sudah mendapat perlawanan keras dari rakyat sipil.
Sehingga menurutnya, ada upaya dari pihak-pihak yang sama untuk memunculkan wacana baru yang mendukung adanya perpanjangan kekuasaan Jokowi di tampuk kepemimpinan nasional, meski nantinya hanya berada di posisi RI 2.
"Munculnya wacana tersebut (pencalonan pasangan Prabowo-Jokowi) dalam rangka untuk
testing the water dan mencari alternatif model lain agar presiden Jokowi tetap berkuasa," sambungnya menuturkan.
Lebih dari itu, Pangi menduga ada pihak-pihak yang selama ini disebut-sebut telah mengatur dan mendominasi jalannya pemerintahan dalam permainan wacana pencalonan Prabowo-Jokowi.
"Mungkin kaum oligarki yang sedang menikmati kue kekuasaan belum siap pesta mereka segera usai," cetusnya.
"Kemudian wacana ini menjadi santer pembicaraan/percakapan ruang publik atau masyarakat, lalu melihat sejauhmana respon masyarakat dengan narasi duet maut tersebut," tandas Pangi.
BERITA TERKAIT: