Prabowo sudah mengamini permintaan kader Gerindra untuk maju lagi pada gelaran pilpres. Sementara Cak Imin tampak romantis dengan Partai Gerindra. Teranyar PKB dan Gerindra secara bersamaan mendaftar sebagai peserta pemilu ke KPU RI.
Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga berpendapat Cak Imin memang memiliki popularitas yang memadai. Namun, hal itu tidak cukup karena elektabilitasnya rendah.
"Memang masih ada waktu untuk meningkatkan elektabilitas Cak Imin. Namun, peluang untuk meningkatkan elektabilitasnya tampaknya relatif kecil. Sebab, berbagai upaya telah dilakukan Cak Imin untuk meningkatkan elektabilitasnya, namun hasilnya tetap jeblok,†katanya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (14/8).
Menurutnya, sulit untuk mendongkrak popularitas Cak Imin. Jika dipaksa untuk jadi pendamping pilpres, dia menilai Cak Imin justru akan jadi beban bagi Prabowo.
"Jadi, dikemas dengan cara apa pun tampaknya sulit untuk mendongkrak elektabilitas Cak Imin. Elektabilitasnya yang ada saat ini tampaknya sudah maksimal, sehingga sulit untuk ditingkatkan,†katanya.
"Karena itu, bila Cak Imin mendampingi Prabowo, ia justru akan menjadi beban. Sebab, Prabowo akan berupaya sendiri meningkatkan elektabilitasnya, sementara Cak Imin tidak berdaya membantunya,†imbuhnya.
Mantan Dekan FIKOM IISIP ini mengatakan meskipun Cak Imin dari kalangan NU, namun dukungan terhadap Prabowo dari warga NU saat ini relatif kecil.
"Apalagi dari hasil survei memperlihatkan dukungan warga NU relatif kecil terhdap Prabowo. Meskipun Prabowo berkoar-koar kedekatannya dengan Gus Dur, namun dukungan dari warga NU terhadapnya tidak akan signifikan,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: