Hal tersebut disampaikan Hasyim saat menjadi pembicara halal bihalal sekaligus diskusi Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) bertajuk "Tantangan Pers Nasional di Tahun Politik Menuju Pemilu 2024", yang digelar di Rumah Djan, Jalan Talang No. 3, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/6).
"Dalam pandangan saya media ini strategis karena meproduksi berita. Berita itu kemudian yang dianggap oleh pembaca sebagai sebuah fakta," ujar Hasyim.
Peran strategis media, lanjut Hasyim, juga karena kemampuan jurnalistik atau
reporting insan pers dalam hal ini wartawan yang mampu memperoleh informasi dari para narasumber.
"Orang lain baru tahu setelah baca di media. Jadi penulisnya, jurnalisnya, itu sudah tau sebelum peristiwa itu diwujudkan," ucapnya.
Maka dari itu, dalam konteks ini, Hasyim memandang tantangan pers ke depan dan termasuk dalam konteks kepemiluan adalah memproduksi berita yang dapat dipercaya masyarakat.
"Memproduksi berita itu adalah harus (bisa) dipercaya bahwa berita yang ditulis media itu (faktual). Dari situ akan bisa membangun kepercayaan pembaca terhadap media," tuturnya.
Lebih lanjut, Hasyim berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu media bisa dipercaya atau tidak, maka bisa dilihat dari posisinya.
"Yaitu apakah posisinya sebagai media, aktor politik, atau sebagai aktor binsis. Nah ini masyarakat sudah bisa membaca dari lingkungan hubungan ekonomi politiknya media. apakah terafiliasi dengan parpol-parpol atau tidak," demikian Hasyim.
BERITA TERKAIT: