“Perlu juga dicermati adanya kejanggalan Presiden Trump menawarkan janji ini saat dirinya dalam status
lame duck,†kata Gurubesar Ilmu Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/12).
Menurut rektor Universitas Achmad Yani ini, Presiden Trump seharusnya tidak membuat kebijakan penting mengingat jabatannya sebagai presiden akan berakhir dan digantikan dengan Joe Biden.
Dia menduga, tawaran tersebut ada maksud tertentu, mengingat Indonesia memiliki posisi kawasan yang menggiurkan di mata dunia. Oleh karenanya, ia berpendapat Trump mencoba mengecoh dengan tawaran tersebut agar dapat mendominasi AS dalam persaingan pasar global dengan China.
“Mungkin saja tawaran ini terkait persaingan dominasi AS-China di kawasan Asia. Untuk memenangkan persaiangan kedua negara menggunakan instrumen investasi dan utang, bahkan vaksin,†katanya.
Lebih dalam Hikmahanto mengatakan, perekonomian AS saat terdampak akibat wabah pandemi Covid-19. Maka, kemungkinan uang investasi sebesar Rp 28 triliun yang dijanjikan itu bukan berasal dari AS.
“Dana ini yang kemudian dinegosiasikan oleh AS dengan Israel. Seolah Israel menjadi bendahara AS. Israel sepertinya menyanggupi namun dengan persyaratan. Di Indonesia, prsyaratannya membuka hubungan diplomatik,†ucapnya.
Menurutnya, pengakuan Indonesia atas negara Israel penting karena Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di luar Timur Tengah.
“Belum lagi Israel dapat mengklaim ke masyarakat internasional bahwa negara yang antiterhadap penjajahan mau mengakui Israel sebagai negara dan menjalin hubungan diplomatik,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: