Hal itu disampaikan oleh peneliti Institut Riset Indonesia (INSIS), Dian Permata menanggapi isu kudeta merangkak yang disampaikan oleh politisi PDIP, Darmadi Durianto.
Menurut Dian, Darmadi harus menjelaskan terminologi kudeta merangkak yang dimaksud.
"Perlu dijelaskan apa terminologi kudeta merangkak yang dimaksud?" ujar Dian Permata kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (26/10).
Karena kata Dian, Presiden Jokowi sejak awal sudah mengetahui bahwa 2024 adalah masa akhirnya menjabat sebagai presiden.
"Karena itu, ketika pemilihan nama menteri atau siapa saja yang masuk lingkaran dia sudah otomatis melapangkan jalan mereka di 2024," kata Dian.
Apalagi kata Dian, jika para menteri di kabinet Jokowi yang diangkat mempunyai kinerja yang moncer, maka otomatis akan dilirik pasar pemilih.
"Dia akan masuk garis edar di pusaran bursa copras capres 2024. Dan ini sudah alamiah. Tinggal bagaimana presiden memilah dan memilih. Apakah si menteri tersebut memprioritaskan kerja dia sebagai menteri atau sebagai orang yang masuk namanya dalam bursa pencalonan presiden?" jelasnya.
Karena kata Dian, kinerja atau karya seseorang merupakan menjadi salah satu instrumen pemilih dalam menentukan pilihannya.
"Makanya tidak heran apabila menteri-menteri berupaya menunjukan kinerja sebaik mungkin. Satirenya, kerja serius, maka bonus masuk bursa copras capres. dengan catatan berat bahwa ia pun dilirik oleh partai," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: