Dia menilai, hadirnya gerakan yang digagas sejumlah tokoh yang dulu mendukung Joko Widodo-Maruf Amin di pemilihan presiden (Pilpres) 2019 adalah kelompok yang tak bisa lepas dari kungkungan penguasa.
"Orang-orang yang membentuk KITA ini terjebak dalam retorik dan permainan kekuasaan yang mengganggap KAMI sebagai musuh. Sehingga kelompok ini mengedepankan sikap yang defensif," ujar Gde Siriana saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (20/8).
Atas hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) ini menilai, gerakan tersebut berbeda dengan gerakan KAMI yang bersikap proaktif dan antisipatif pada situasi yang tengah dihadapi negara saat ini maupun ke depannya.
Bahkan menurut Gde Siriana, jika dilihat dari pemilihan kata singkatan yang dirangkai oleh kelompok ini terkesan dipaksakan dibanding KAMI.
"Apalagi dengan menggunakan kata KITA yang dianggapnya sebagai tandingan KAMI. Padahal makna KAMI sendiri bukan sebagai kami 'us' dalam English, hanya kebetulan saja singkatannya jadi KAMI," ungkapnya.
"Sehingga terlihat jelas bagaimana makna KITA sangat dipaksakan sebagai tandingan. Jadi responnya pembentuk KITA jauh dari konteksnya," demikian Gde Siriana Yusuf.
BERITA TERKAIT: