Hal ini disampaikan sejarawan, Hilmar Farid bersama Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan Nasional RI saat acara 30 tahun Rode Rumah Perjuangan pada Senin malam (19/11).
Rumah Rode yang sampai kini masih menjadi basis aktivis gerakan mahasiswa tetap tidak berubah dari fisik bangunan. Ruangan dan fungsinya sebagai tempat diskusi sekaligus belajar politik para aktivis mahasiswa di Yogyakarta juga kota besar lainnya.
Sementara itu Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo mengatakan, rumah Rode ini satu-satunya yang ada di Indonesia.
"Tidak ada di tempat lain ada rumah dan aktivisnya yg menyatu sebagai suatu komunitas yg bertahan sampai saat ini. Saya dulu dari Solo selalu mampir ke rumah ini kalau ada konsolidasi gerakan melawan rezim Orde Baru," ujar Eko yang dulu aktivis mahasiswa UNS Surakarta.
Rumah Rode di mata Budiman Sudjatmiko punya kenangan tersendiri.
"Saya belajar politik di Rumah Rode sejak SMA dan awal masuk kampus UGM. Rode menjadi tempat baca buku, diskusi, rapat aksi demonstrasi sampai melakukan advokasi buruh dan petani," kenang mantan aktivis Partai Rakyat Demokrat 98 ini.
Di Rumah Rode, ia nilai kolektif kebersamaan dan tidak hanya memikirkan hidup sendiri, melainkan harus berjuang bersama rakyat. " Ya di Rode ini," tukasnya.
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kini aktif kembali mengajar di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Busyro Muqodas juga mempunyai penilaian sendiri terhadap rumah Rode.
"Penghuninya sebagian besar mahasiswa UII yang saya kenal di kampus selalu kritis dan cenderung ugal-ugalan tapi saya salut nilai akademik intelektual mereka di atas rata-rata mahasiswa lainnya," tuturnya.
Ia bahkan pernah diundang beberapa kali untuk mengisi diskusi di Rumah Rode. Umumnya tema Islam cenderung kekirian yang disukai karena mementingkan pembelaan pada kaum tertindas seperti buruh petani dan korban pelanggaran HAM.
Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM dan kini menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staff Presiden merupakan penghuni dari generasi pertama Rumah Rode saat masih menjadi aktivis mahasiswa UII tahun 1988.
"Dinamika intelektual kritis, advokasi rakyat dan aksi jalanan demonstrasi menjadi kesatuan aktivitas yang benar-benar menempa diri mahasiswa dari dulu sampai sekarang. Tidak berlebihan jika Rumah Rode ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah," ujar Ifdal.
Ketua Panitia Rembuk Nasional 30 tahun Rode, Suprianto Antok mengatakan, setiap dua tahun sekali dari periode awal sampai generasi jaman now mengadakan pertemuan.
"Pertemuan untuk bersilaturahmi seperti layaknya keluarga besar sambil mendiskusikan situasi politik nasional, gerakan mahasiswa n gerakan demokrasi civil society terkini
," ujarnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: