Aksi damai dua tahun lalu yang meminta pemenjaraan Basuki T. Purnama alis Ahok dalam kasus penodaan agama diikuti sekitar 7 orang.
Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI), Donny Gahral Adian mengatakan, sebagaimana revolusi yang hanya terjadi satu kali di sebuah negara, ataupun pertandingan tinju yang pukulan petinju pada ronde ke-12 tidak sekeras pukulan pada ronde pertama, daya gebrak ataupun jumlah peserta Aksi 212 tidak akan sebanyak aksi awal.
"Apakah 212 bisa akbar lagi? Saya kok pesimis," ujar Donny dalam diskusi bertajuk "Reuni Akbar Alumni 212, Melacak Motif, Menimbang Implikasi, Sosial Politik" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (16/11).
Dijelaskan, Aksi 212 bisa diikuti oleh jutaan orang karena kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Ahok yang mampu didistribusikan sebagai ancaman bagi Islam. Ditambah, dengan adanya kaum buruh yang memang tidak suka dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang dianggap dekat dengan pihak asing dan aseng.
Pihak militer pun kala itu ikut andil karena ingin berkuasa.
"Makanya isu ini besar karena beresonansi dengan kelompok, golongan dan niat," pungkas Donny sembari mengatakan semua hal itu susah didapat lagi karena konstalasi politik saat ini sudah berubah.
[rus]