Begitu pendapat psikolog politik Universitas Indonesia, Prof. Hamdi Muluk berbicara dalam sebuah diskusi di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Kamis (14/11).
"Memang betul diksi itu, pemilihan kata tertentu dilihat dalam political jargon atau dalam bidang saya,
political retoric. Mungkin selama ini jargon mungkin lebih tepat," ujar Hamdi.
Hamdi mencermati, masing-masing calon presiden berusaha meraih simpati warga dengan sesuatu yang menarik. Salah satunya dengan jargon.
"
Political jargon demi kepentingan
campaign," cetusnya.
Dengan upaya persuasi itu para calon ingin dikenal dahulu sehingga mempermudah promosi program mereka.
"Contoh iklan itu
nyuruh Anda beli
mie instan tertentu untuk pilih dan beli begitu juga dengan parpol," ucapnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: