Demikian disampaikan oleh Presidium Persatuan Pergerakan, Andrianto kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/10).
"Ya saya mengutuk keras aksi penganiayaan ini. Ini menunjukkan pemerintah gagal memberikan keadilan dan keamanan warganya," kata Andrianto.
Sudah dua kali, sambung Andrianto, rezim Jokowi diduga menggunakan kekerasan untuk menekan lawan-lawan politiknya. Pertama, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.
"Kejadian dua kali di rezim ini. Dan tidak mendapatkan keadilan, modusnya sama," ujarnya.
Tindakan ini, masih kata Andrianto, mirip dengan cara-cara yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dimana jalur kekerasan menjadi cara yang dipakai terhadap mereka yang memiliki perbedaan dalam pandangan politik.
"Ini tidak ubahnya seperti cara-cara PKI dengan segala turunannya," pungkasnya.
Andrianto mengaku pesimis, negara dan aparat keamanan dapat menuntaskan kasus pengeroyokan Ratna jika bercaka terhadap penyiraman air keras yang menimpa Novel Baswedan.
"Kalau melihat model dan motifnya agak sumir, karena ini mirip kasus Novel, dan kasus Novel keniscayaan karena hukum tidak bisa tegak," pungkasnya.
[rus]