Calon Menang Jangan Jemawa, Kalah Harus Ikhlas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 29 Juni 2018, 14:16 WIB
Calon Menang Jangan Jemawa, Kalah Harus Ikhlas
Sri Yunanto/Humas BNPT
rmol news logo Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak telah berhasil digelar di 171 daerah dengan lancar dan aman.

Nama-nama calon kepala daerah baru pun telah mengemuka, meski dinamika paska Pilkada serentak tetap terjadi di beberapa daerah.
 
"Ini sangat membanggakan. Pertama suksesnya Pilkada serentak 2018 ini merupakan kemenangan akan kepentingan bangsa di atas kepentingan golongan, juga secara moral adalah buah dari keikhlasan semua pihak sebagai bangsa Indonesia yang cinta damai dan menjunjung tinggi persatuan," kata Staf Ahli Menko Polhukam, Sri Yunanto di Jakarta, Jumat (29/6).

Dengan keberhasilan Pilkada serentak ini, Sri Yunanto meminta bagi kelompok yang calonnya menang tidak usah jemawa karena Pilkada ini adalah awal dari pengabdian politik.

Begitu juga yang kalah, harus ikhlas dan tidak usah berkecil hati karena ke depan mereka tidak berurusan dengan orang, tapi dengan kinerja pemimpin daerah masing-masing. Kalaupun ada masalah yang tidak wajar atau bahkan melanggar hukum, harus diselesaikan melalui jalur hukum.

"Jangan menggunakan fisik, apalagi kekerasan, karena itu akan merusak demokrasi dan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa yang selama ini sudah kita bangun," imbuh Sri Yunanto.

Keberhasilan Pilkada serentak 2018 ini, lanjut pria yang juga pengamat politik Islam ini, menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu menjalani proses demokrasi yang sehat, kompetetif, dan nantinya akan memuaskan.

Namun demikian, ini juga tidak menjamin pesta-pesta demokrasi berikutnya bebas dari masalah. Kampanye hitam, hoax, hate speech (ujaran kebencian), radikalisme dan terorisme, menjadi hal yang harus dicegah di setiap proses demokrasi.

Ia mengakui, pelaksanaan Pilkada maupun Pilpres sangat resisten dengan masalah sosial dan politik.

Pertama persoalan terorisme, bahwa demokrasi menjadi pilihan rakyat Indonesia. Dengan segala plus dan minusnya, demokrasi menjadi sistem atau mekanisme di mana rakyat menyalurkan suara dan kepentingannya, mempercaya politisi untuk memperjuangkan kepentingannya.

Sebenarnya, lanjut Sri Yunanto, dalam analoginya, demokrasi itu sama dengan sepakbola. Kadang menang, kadang kalah, dan itu menjadi hal yang wajar. Jadi siapapun yang masuk kontestasi demokrasi, apakah itu politisi atau masyarakat umum, harus siap menang dan siap kalah, dan harus ikhlas.

"Jadi demokrasi itu tidak hanya berhenti di Pemilu, maka nanti para pendukung calon kepala daerah yang kalah, harus bisa menggeser pemikirannya, bukan lagi siapa yang kita dukung, tapi agenda apa yang yang kita perjuangkan," terang Sri Yunanto.

Menurut Yunanto, demokrasi, kebebasan memilih informasi, media, telah mendidik bangsa Indonesia menjadi cerdas dan jauh dari apa yang diperkirakan orang.

"Memang demokrasi yang telah dijalankan belum sempurna, tapi ini sudah sangat bagus," ujarnya. [wid]


 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA