Hal itu disampaikan BG sapaan akrab mantan Wakapolri itu saat memberikan kuliah umum pada acara Musyawarah Nasional VI Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdhatul Ulama (BEM PTNU) di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/4). Munas dihadiri oleh seluruh pengurus BEM PTNU dari 272 kampus se Indonesia.
"Pasca perang dingin, saat ini kita berada di tengah-tengah pertarungan ideologi yang mempengaruhi cara pandang kita sebagai sebuah bangsa termasuk Indonesia," ujar BG dalam keterangannya.
Dia menambahkan, dengan adanya beragam ideologi asing masuk, bangsa Indonesia yang majemuk dengan lebih dari 663 kelompok suku besar dan 652 bahasa, situasi ini mengancam kebhinnekaan yang menjadi ruh sebagai sebuah bangsa.
"Ancaman masuknya ideologi asing dapat menggoyahkan ketahanan ideologi nasional, dan berdampak pada kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Mahasiswa termasuk BEM PTNU memiliki peran strategis dalam membentuk masyarakat madani serta menjaga kedaulatan NKRI, " kata BG sekaligus menyebut mahasiswa adalah bagian dari pemuda penggerak perubahan.
BG memberikan sejumlah solusi strategi dalam menangkal paham radikal antara lain, new public management dengan mendorong peningkatan peran masyarakat, mahasiswa dan ormas Islam seperti NU untuk aktif dalam pengelolaan interaksi sosial di ranah publik menangkal berkembangnya radikalisme, terorisme, dan intoleransi.
"Termasuk pemberdayaan ekonomi lokal di lingkungan pesantren dan masyarakat melalui UMKM dan koperasi serta penguasaan Iptek dan informasi, dan tentunya bekerjasama terhadap pemerintah mengatasi hal-hal untuk melawan intoleransi di negeri ini," demikian BG.
[dem]
BERITA TERKAIT: