Bukan saja karena antar pasangan calon dan timses yang bersaing sangat keras, tapi fakta lain mengungkapkan ulama di daerah berjuluk serambi mekah ini juga terbelah sehingga lapisan bawah masyarakat ikut-ikutan.
Ulama di Pilkada Aceh harusnya bisa netral seperti PNS, TNI dan Polri, karena kalau TNI dan Polri mengamankan dari sisi fisiknya sedangkan ulama mengamankan dari spiritualnya," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, Senin(9/1).
Ujang menilai gesekan tidak akan bisa dihindari jika ulama yang seharunya sebagai penyejuk dalam panasnya suhu politik di pilkada Aceh malah ikut-ikutan mendukung salah satu paslon.
Hendaknya mereka bisa menjadi penengah dan memberikan panduan bukan ajakan untuk memilih calon tertentu dalam pilkada Aceh.
"Saya kuatir ulama yang tidak netral dan justru lebih dekat dengan duniawi akan hilang kepercayaannya dari masyarakat. Apalagi Aceh penduduknya sebagian besar adalah beragama Islam," tegasnya.
Pengamat Universitas Al-Azhar ini juga berharap ulama bisa tetap pada khitahnya memberikan panduan-panduan kepada masyarakat, termasuk bagaimana cara memilih pemimpinnya.
"Lebih baik ulama netral dan tetap pada jalan yang benar saja," katanya lagi.
[wid]
BERITA TERKAIT: