"Bahkan lebih dari pada itu, pasca kemerdekaan, peran perempuan Indonesia tidak bisa dianggap sebelah mata," terang anggota Komisi X DPR RI Puti Guntur Soekarno demi menyambut Hari Ibu, (Kamis, 22/12).
Dalam sejarah, lanjut dia, disaat bangsa ini terjajah, perempuan-perempuan hebat Indonesia berani menyatukan ide dan gagasannya dari satu kongres ke kongres lain. Padahal ketika itu tak mudah, kaum perempuan menyatukan diri di tengah perang kemerdekaan yang sedang berkecamuk.
"Hari ini, 22 Desember 2016, 88 tahun sejak kongres perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada tahun 1928 lalu, elemen bangsa di tanah air harus betul-betul memahami bahwa bahwa soal masyarakat dan Negara adalah soal laki-laki dan perempuan, soal perempuan dan laki- laki. Dan soal perempuan adalah suatu soal masyarakat dan negara," tegasnya.
Artinya, tambah cucu proklamator ini, tanggungjawab dan peran membangun masyarakat yang adil dan beradab, serta membangun negara yang maju adalah tanggungjawab bersama antara perempuan dan laki-laki.
Tak hanya itu, menurutnya, semua pihak harus benar-benar menyadari bahwa tinggi rendahnya tingkat kemajuan suatu masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi rendahnya tingkat kedudukan perempuan di dalam masyarakat itu sendiri.
Karenanya, momentum hari ibu tahun ini diharapkannya bisa benar-benar menjadi langkah awal untuk memberikan ruang yang cukup dan kepercayaan yang tinggi kepada perempuan Indonesia untuk ikut mencurahkan perjuangannya terhadap tanah air.
"Kita harus meyakini, tak sehatlah masyarakat itu, manakala salah satu pihak menindas kepada yang lain, tak peduli pihak mana yang menindas dan tak peduli pihak mana yang tertindas. Masyarakat itu hanyalah sehat, manakala ada perimbangan hak dan perlakuan antara kaum laki-laki dan perempuan yang sama tengahnya, sama beratnya, sama adilnya," imbuhnya.
Sementara, bagi kaum perempuan Indonesia sendiri, dia menekankan bahwa hari ibu bukanlah sebuah seremonial biasa yang berlalu begitu saja, hari harusnya digunakan sebagai pemicu untuk menjadi seorang ibu atau perempuan sejati yang menjadi tiang utama dalam keluarga, masyarakat dan bangsa.
"Jikalau kita bisa mengumpulkan tiga hal ini, baru dapat disebut perempuan sempurna. Perempuan Indonesia, bangunlah, bangkitlah, berjuanglah. Berjuanglah, bangkitlah sehebat-hebatnya, tiada orang lain dapat menolong perempuan selain kita sendiri," pungkasnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: