Pemerintah Disarankan Membuat Standar Materi Pelajaran Agama Islam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 12 April 2016, 18:04 WIB
rmol news logo Agama Islam penuh kasih sayang dan rahmat, bukan agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi menyakiti dan membunuh. Artinya, aksi terorisme yang selama ini diberitakan dilakukan umat Islam pasti salah besar karena tidak sesuai dengan tujuan dan cita-cita Islam.

"Orang kalau mengaku beragama Islam wajib menebarkan kasih sayang kepada siapa pun, apalagi keluarga. Islam juga tidak pernah memaksa-maksa orang untuk mengikutinya," ujar Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama UIN Islam Syarif Hidayatullah, DR. Zubair, M.Ag, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/4).

Zubair mengakui, dalam Islam terdapat banyak mazhab tapi antar mazhab itu seragam tentang tujuan dan cita-cita Islam. Dengan demikian, umat Islam tidak sekadar harus saling menghormati, menjunjung tinggi toleransi untuk menciptakan perdamaian, tetapi berkewajiban mewujudkan cita-cita Islam yang rahmatan lil alamin.

Pernyataan Zubair tidak lepas dari fakta adanya upaya-upaya dari kelompok radikal terorisme yang ingin merusak NKRI dengan "meracuni" generasi bangsa dengan paham sesat yang berdalih agama Islam. Ada beberapa faktor yang membuat orang "teracuni" paham kekerasan, apalagi kemudian berujung terorisme.

"Tidak hanya pemahaman agama yang sepotong-potong, radikalisme dan terorisme terjadi terjadi karena faktor ekonomi, sosial, psikologi, dan lain-lain," imbuhnya.

Zubair menilai pendidikan adalah media terbaik untuk meluruskan pemahaman-pemahaman keliru. Ia menyarankan agar pemerintah membuat standar materi pelajaran agama Islam didasarkan ajaran Islam yang benar dan tidak dibatasi oleh panafsiran tertentu yang justru lebih tertutup dan tidak toleran karena tidak mau menerima paham dari yang lain.

"Harus ada akreditasi dalam pengajaran agama Islam. Saya rasa pencegahan lebih penting dalam mencegah masuknya paham radikal terorisme, daripada kita kecolongan,” tukasnya.

Hal senada diutarakan Ketua Lembaga Dakwan PBNU, Dr. KH. Zakky Mubarak, MA. Menurutnya paham radikalisme yang mengarah pada terorisme bukan masalah baru. Tetapi telah terjadi pada awal perkembangan agama-agama dunia. Kelompok ini keliru dan salah dalam memahami agama, sehingga mengarah pada radikalisme.

"Pencegahannya adalah dengan jalan memberikan pemahaman agama secara utuh, secara integral dan komprehensif sehingga ajaran agama itu tidak dipahami secara parsial yang mengakibatkan terjadi kesalahpahaman," terang KH. Zakky Mubarak. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA