Penyebabnya bermula dari aksi Setya Novanto Cs mengenakan masker saat memimpin sidang paripurna (Jumat, 30/10) dan memerintahkan seluruh anggota meniru aksi itu. Pemakaian masker diklaim sebagai bentuk keprihatinan atas "tragedi asap nasional†yang masih terjadi.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, mengkritik keras "drama" itu. Memang harus diakui, kata Hasanuddin, bencana asap telah menyengsarakan ribuan rakyat, terutama pelajar. Penyakit ISPA merajalela, penerbangan terhenti, nelayan tak bisa melaut, negara tetangga pun protes dan belasan anak kecil meninggal karena gagal nafas.
"Seluruh anggota DPR prihatin dengan bencana ini. Tapi apakah solusinya dengan cara memakai masker saat sidang? Menurut saya ini yang gagal pikir,†lontar mantan Sekretaris Militer Presiden ini.
Mestinya sebagai anggota DPR yang memiliki kewenangan legislasi dan budgeting, para pimpinan melakukan upaya nyata sesuai kewenangannya. Misalnya, mendorong penambahan anggaran untuk kabupaten-kabupaten yang dibekap asap, terutama untuk biaya pemadaman dan biaya pengobatan rakyat. Atau membuat undang-undang atau regulasi larangan membakar lahan.
"Memakai masker saat sidang bukan tindakan riil yang dibutuhkan rakyat, dan hanya jadi bahan ketawaan mereka yang benar-benar sesak nafas,†tegas politisi asal Majalengka ini.
Ajakan pimpinan DPR agar para anggota memakai masker dan salat Istisqo juga dianggapnya kurang tepat, karena pimpinan DPR bukan komandan yang bisa memerintah fraksi lain. Salat Istisqo juga sudah kurang tepat karena mestinya sudah sebulan lalu dilaksanakan. Lagipula, saat ini beberapa daerah seperti Palangkaraya, Jambi dan Riau sudah diguyur hujan. Jangan sampai shalat Istisqo yang sakral itu dipakai jadi panggung politik pimpinan DPR.
Sekali lagi mari kita wujudkan keprihatinan kepada korban bencana asap ini dengan tindakan yang nyata, jangan cuma memakai masker seperti demontran, melainkan gunakan kewenangan DPR. Kepada pimpinan DPR pun saya imbau untuk lebih banyak lagi belajar tentang leadership terutama kepemimpinan kolektif kolegial,†tutup TB Hasanuddin.
[ald]
BERITA TERKAIT: