Muara akhir dari upaya yang hendak dicapai SBY adalah mencetak sejarah yang baik di akhir jabatan alias husnul khatimah. Karenanya, sangat mungkin kalau tidak ada serangan yang bertubi-tubi atas sikap Fraksi Demokrat itu SBY akan tenang-tenang saja.
Demikian disampaikan mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dalam akun twitternya, @anasurbaningrum (Senin, 29/9). Kultwit diketik Tim Admin berdasarkan tulisan tangan Anas Urbaningrum yang diserahkan saat menengoknya di tahanan KPK, tadi pagi.
"Mencari dalang WO adalah cara menjaga citra. Kalau dapat "kambing hitam", citra diharapkan relatif terjaga," kata Anas.
Anas yakin modus mencari "kambing hitam" yang dilakukan SBY tidak akan manjur. Orientasi citra telah melekat dalam penilaian publik. Bahkan janji SBY untuk terus memperjuangkan pilkada langsung juga diragukan efektifitasnya. Intinya, kalah oleh realitas walkout.
Persoalan lainnya, kata Anas, "kambing hitam" tidak berhasil dihadirkan dan diberi sanksi berat oleh Dewan Kehormatan PD . Sandiwara mengamankan citra makin terkonfirmasi.
"Soalnya, siapa yang harus dipilih jadi "kambing hitam"? Apakah Syarif Hasan atau Nurhayati? Ibas atau Benny Harman? Tentu tidak mudah untuk memilihnya. Masing-masing punya konsekuensi. Termasuk apakah sang "kambing hitam itu" itu cukup logis," papar Anas.
Sebenarnya, kata Anas lagi, bila memahami struktur pengambilan keputusan di internal PD, siapa dalang dibalik keputusan walkout sangat jelas dan tak perlu dicari. Sikap walkout Fraksi Demokrat tidak akan terjadi kalau SBY sejak awal punya sikap yang jelas alias tidak abu-abu.
"Wong konsep Pemerintah sejak awal adalah pilkada lewat DPRD untuk Gubernur. Bupati-Walikota yang pilkada langsung. Sikap FPD juga jelas-jelas mendukung pilkada lewat DPRD.
[dem]
BERITA TERKAIT: