"Max Havelaar Jilid Dua" Diluncurkan di Banten

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 25 Maret 2014, 11:33 WIB
"Max Havelaar Jilid Dua" Diluncurkan di Banten
foto: net
rmol news logo Mengikuti gerak sejarah Indonesia yang terkait dengan sejarah wilayah Banten, buku "Max Havelaar Jilid Dua" diluncurkan.

Bukan dalam arti yang sesungguhnya, "Max Havelaar Jilid Dua" yang dimaksud adalah buku "Melawan Korupsi Di Banten" karya Ananta Wahana, yang akan diluncurkan esok (Rabu, 26/3) di Gedung Serbaguna, Islamic Center, Tangerang.

Rencana peluncuran buku itu diutarakan Ketua Bidang Politik Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Rudy Gani, dalam rilisnya pada Selasa (25/3).
 
Selain diluncurkan oleh PB HMI, peluncuran buku juga didukung oleh Banten Crisis Center (BCC), Front Max Havelaar (FMH), Serikat Guru Tangerang (SGT) dan Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
 
Menurut Rudy Gani, peluncuran "Melawan Korupsi Di Banten" oleh PBHMI digunakan sebagai momentum perubahan. Buku ini merupakan kompilasi pernyataan anggota DPRD Banten sejak 2010, Ananta Wahana, di media cetak atau online terkait kasus-kasus korupsi di wilayahnya.

"Ananta bisa dianggap sebagai tokoh perubahan yang melawan arus deras pada saat itu di Banten. Dan langkah ini harus secara moral disebarkan ke mana-mana," ujar Rudy.
 
Beberapa tokoh perubahan versi PB HMI dihadirkan sebagai pembicara dalam peluncuran buku ini. Pemilihan pembicara ini, menurut Rudy, berdasarkan seleksi agar makna “Max Havelaar Dua” juga terjadi.
 
Mereka adalah Letjen TNI (Pur.) Suryo Prabowo (Mantan Kasum TNI), Hermawi Taslim (Caleg DPR-RI Dapil Banten dari Partai Nasdem), Rahmad Pribadi (Caleg DPR-RI Dapil Yogyakarta dari Partai Golkar), KH Maman Imanulhaq (Caleg DPR-RI Dapil Jabar dari Partai PKB), Zuhairi Misrawi (caleg DPR-RI Dapil Jatim dari Partai PDIP), Ade Irawan (Koordinator ICW) dan pimpinan KPK.
 
"Kami tidak ingin melupakan sejarah. Dengan kondisi seperti ini, sesulit apapun perubahan itu dilakukan, bersama organisasi penyelenggara lainnya kami bertekad untuk terus maju demi Indonesia satu tak terbagi,” ujar Rudy.
 
Max Havelaar adalah sebuah novel karya berdasarkan fakta yang ditulis oleh Multatuli, nama samaran Eduard Douwes Dekker. Karya yang ditulis di Belgia pada 1860-an itu berisi tentang penindasan, kerja paksa dan korupsi yang dialami oleh rakyat Kabupaten Lebak di mana bupatinya adalah seorang pribumi. Eduard Douwes Dekker sendiri menjabat sebagai asisten residen Karisedan Lebak ketika penindasan dan kerja paksa itu berlangsung.
 
Buku ini mengundang reaksi keras dari masyarakat Eropa dan membuat malu Pemerintah Hindia Belanda. Buku ini pula yang akhirnya menjadi inspirasi berdirinya organisasi dan gerakan kebangsaan pribumi pada masa itu. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA