"Peristiwa ini makin menunjukkan secara nyata betapa makin memburuknya hubungan polisi dengan masyarakat," ujar Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane kepada
Rakyat Merdeka Online, Selasa (3/7).
Neta mengatakan peristiwa pembakaran ini menunjukkan betapa tidak profesionalnya polisi. Amuk massa hingga berujung pembakaran dua kantor Polsek di Kecamatan Muara Rupit dan Rawas Ulu kemarin sore dipicu tewasnya seorang warga Desa Karang Anyar yang diduga tertembak polisi setelah memburu salah seorang perampok. Sementara setelah terjadi salah tembak, kata dia, Kapolsek, Kapolres, dan Kapolda seharusnya minta maaf dan berjanji menindak anggotanya agar tidak terjadi amuk massa.
"Tapi kenapa hal itu tidak dilakukan. Kenapa pimpinan kepolisian di daerah itu tidak tanggap. Padahal Musirawas tergolong sebagai daerah rawan konflik polisi dengan masyarakat," keluh dia.
Neta mengungkap, sebelumnya, pada 30 April 2013 Polsek Rupit dan Polsek Karang Dapo, Musirawas, serta dua kendaraan polisi juga dibakar massa. Amuk massa berkaitan dengan pemekaran daerah. Ribuan massa memblokir Jalan Lintas Sumatera dan menyerang polisi serta membakar polsek. Akibat amuk massa ini empat warga tewas dan empat luka serta lima polisi luka.
"Berkaitan dengan adanya peristiwa-peristiwa ini, sudah saatnya Polri mengevaluasi dan mencopot Kapolsek dan Kapolres setempat, dan hadirkan pimpinan kepolisian yang peka, peduli serta tanggap di daerah tugasnya," demikian Neta.
[dem]
BERITA TERKAIT: