PILGUB JABAR

Catat! Dede Yusuf Korban Pertama Kisruh Demokrat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Minggu, 24 Februari 2013, 19:27 WIB
Catat<i>!</i> Dede Yusuf Korban Pertama Kisruh Demokrat
dede yusuf/ist
rmol news logo . Dede Yusuf menjadi korban pertama kisruh Partai Demokrat. Efek elektoral buruk prahara partai berlogo mercy tersebut berimbas pada elektabilitas Dede yang maju bersama Lex Laksamana dalam Pilgub Jabar dimana suaranya tergerus pasangan Rieke Diyah Pitaloka-Teten Masduki.
 
Kejutan perolehan suara Rieke di urutan dua setelah pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar karena Rieke mendapat limpahan berkah suara dari Dede yang anjlok.

Demikian analisis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang disampaikan saat melaunching hasil hitung cepat (quick count) LSI dalam perolehan suara Pilkada Propinsi Jabar di kantor LSI, Jakarta, Minggu (24/2). Seperti biasa, QC LSI menggunakan metodologi standar, penarikan sample melalui cara acak (multistage random sampling) terhadap 400 TPS dengan margin of error plus minus 1 %.

Dari data QC LSI yang masuk 100 persen per pukul 15.40 WIB, pasangan nomor 4, Ahmad Heryawan- Deddy Mizwar unggul di posisi pertama dengan perolehan suara 33,14 persen, kedua diduduki pasangan Rieke Diyah Pitaloka �" Teten Masduki dengan 27,92 persen, Ketiga Dede Yusuf-Lex Laksamana dengan 25,23 persen, lalu pasangan Irianto MS Syafiudin-Tatang Farhanul 11,81 persen dan terakhir pasangan Dikdik-Cecep memperoleh 1,89 persen.

Direktur Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Toto Izul Fatah mengatakan, yang menarik dari Pilgub Jabar kali ini bukan kemenangan Ahmad Heryawan yang memang sudah diprediksi sebelumnya sebagai cagub potensial menang selain Dede Yusuf, tapi lebih karena adanya kejutan kenaikan suara pasangan nomor urut 5, Rieke Diyah Pitaloka ke posisi nomor dua menggeser Dede Yusuf di survei sebelumnya.

"Analisis LSI, kejutan itu terjadi sebagai akibat dari efek domino kisruh partai Demokrat, khususnya pasca ketua umumnya, Anas Urbaningrum ditetapkan sebagai tersangka, kepada elektabilitas Dede Yusuf," kata Toto kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu, Minggu (24/2).

Dia menjelaskan, data survei terakhir LSI terungkap bahwa Dede Yusuf terasosiasi cukup kuat dan massif dengan Demokrat sebagai partai pengusung yang sedang dipersepsi buruk oleh mayoritas publik. Hal ini diperkuat oleh aneka kemasan media ruang publik Dede Yusuf seperti baliho, spanduk, stiker dan sejenisnya yang selalu mencantumkan logo partai Demokrat. Sementara Ahmad Heryawan- Deddy Mizwar memasang strategi beda dimana mereka tidak mencantumkan embel-embel logo PKS, yang bisa jadi karena Aher sadar bahwa pencantuman itu secara strategis tidak menguntungkannya.

"Setidaknya, sekitar 50 persen publik mengaku tahu kalau Dede diusung Demokrat. Mungkin ini juga dilatarbelakangi oleh panjang dan lamanya usia pemberitaan gonjang ganjing partai yang didirikan SBY ini. Sedangkan hanya 30 persen saja publik yang tahu Aher diusung PKS. Sehingga, begitu muncul berita penetapan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq sebagai tersangka, publik tidak terlalu terpengaruh," urai Toto.

Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia ini, tsunami politik yang sedang terjadi di Demokrat itu tentu bukan faktor tunggal kemerosotan Dede dan kenaikan Rieke. Ada juga faktor Jokowi yang ikut menyumbang suara melalui statemen dan iklan dukungannya kepada Rieke. Namun, bila dianalisa hal ini tidak terlalu besar pengaruhnya.

Dede Yusuf, kata Totoh lagi, diselamatkan oleh keunggulan pemilih militan (strong supporternya) sekitar 25 persen. Sehingga bisa jadi, suara yang diperoleh Dede saat ini memang suara riilnya yang selama ini terekam di beberapa kali survei. Walaupun, kalau dilihat dari trend nya, Dede memang mengalami penurunan yang terus menerus dalam tracking survei yang dilakukan LSI. Mulai dari 41,1 persen, (Mei 2012) turun ke 35,7 persen (Januari 2013) dan terakhir (Februari 2013) turun lagi ke angka 34 persen,"

"Dari pengalaman LSI melakukan ratusan kali survei, calon yang elektabilitasnya turun selalu sulit untuk bangkit dan berakhir dengan kekalahan," imbuh Totot.

Faktor lain yang juga menyumbang kekalahan Dede Yusuf adalah karena tak berjalannya mesin partai, khususnya Demokrat yang kader-kadernya di bawah mengalami demoralisasi. Sehingga, mereka tidak cukup percaya diri turun ke bawah untuk mensosialisasikan calonnya. Padahal, tim Dede sebenarnya bisa memanfaatkan partai pengusung lain seperti PAN dan Gerindra melalui Prabowo nya. Sehingga, Dede tidak terasosiasi terlalu kuat ke Demokrat.

"Tapi sayangnya, potensi Prabowo tidak dimanfaatkan secara maksimal," demikian Toto.[ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA