Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Banyak Anak Muda Luar Negeri Terinsipirasi Sejarah Berdirinya NKRI

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 09 Agustus 2018, 08:38 WIB
Banyak Anak Muda Luar Negeri Terinsipirasi Sejarah Berdirinya NKRI
Adnan Awar/Humas DPR
rmol news logo Masyarakat Indonesia terutama para generasi muda harus banyak mempelajari sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak sebelum negara ini terbentuk.

Hal ini agar dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi agar tidak mudah dipecah belah dan tidak mudah terpengaruh paham-paham radikal yang mengarah kepada aksi terorisme.

Peneliti dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES),  Adnan Awar menjelaskan, Indonesia ini meupakan sebuah Negara yang dilahirkan oleh banyak komponen strategis. Salah satu komponen strategisnya itu adalah ulama.

"Sudah seharusnya masyarakat Indonesia ini mulai mengkampanyekan tentang kehebatan Indonesia. Berdasarkan pelacakan data, proses persiapan ulama untuk memerdekaan Indonesia itu sudah sangat lama. Sekitar 2 abad sebelum Indonesia merdeka itu sudah disiapkan. Dimana banyak pertemuan ulama  seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 1873 sudah mempersiapkan berdirinya negara Indonesia ini," papar Adnan.

Menurutnya, para ulama di Aceh saat itu sudah menyatakan bahwa negara kolonial itu sudah lepas, maka yang akan berdiri namanya negara Indonesia, bukan Khilafah Islamiyah.

Bahkan pondasi NKRI ini sejak awal sudah disiapkan oleh ulama-ulama di nusantara termasuk di Aceh tahun 1873. Lalu dilanjutkan oleh ulama-ulama yang lainnya seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syech Hasyim Asy'ari dan berdirinya Nahdatul Ulama (NU) dan puncaknya pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya yaitu resolusi jihad untuk melawan kedatangan Inggris ke Surabaya.

“Dan ini bukti bahwa sebetulnya kemerdekaan Indonesia ini sangat luar biasa. Karena didukung oleh salah satu komponen kekuatan strategi ulama. Kalau ada yang menentang berdirinya Indonesia itu sebagai negara yang thogut dan kafir itu tidak benar," ujar mantan Wakil Sekjen PBNU ini..

Lebih lanjut Adnan menceritakan, banyak karya ulama pada saat itu seperti lagu-lagu Padamu Negeri. Termasuk bendera merah putih sebagai bendera Indonesia juga diusulkan oleh salah satu pendiri Al Khairat yaitu Sych Salim Al Jufri dari Gorontalo, di mana saat itu berada di Mekkah bertemu dengan Hasyim Ashari yang mana Salim Al Jufri bermimpi didatangi Rasullulah Muhammad SAW bahwa nanti kalau Indonesia merdeka benderanya harus Merah Putih.

Ini dimaksudnya supaya memiliki sarat sambungan perjuangan dengan kerajaan-kerajaan terdahulu seperti Kerajaan Majapahit ataupun Kerajaan Sriwijaya yang benderanya rata-rata adalah bendera merah putih.

"Ini jadi kita harus mensyukuri kemerdekaan yang luar biasa ini. Dan ini harus kita wartakan dan kita beritakan di seluruh media sosial agar masyarakat kita bisa mengetahui betul bahwa kemerdekaan kita itu tidak hanya diperjuangkan oleh kaum nasionalis, tapi juga  oleh ulama-ulama besar  nusantara yang berkaliber dunia," ujar tokoh muda NU ini.

Menurutnya, untuk membangkitkan semangat para generasi muda agar mau menjadikan ruang dunia maya sebagai pendorong penguatan nasionalisme melalui sebaran konten-konten yang nasionalis tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sumber-sumber sejarah yang otentik seperti karya-karya ulama, tokoh nasional ataupun tokoh bangsa, ketika mereka mensosialisasikan berdirinya negara Indonesia ini harus direproduksi ulang.

"Sebenarnya ini produk yang luar biasa dan harus disosialisasikan ulang pada generasi kita, generasi milenial. Tapi mungkin harus dikemas dalam bentuk baru karena generasi milineal ini menyukai bentuk-bentuk yang lebih aktual atau lebih moden," ujar pria yang ditugaskan untuk mengembangkan organisasi NU di kawasan Timur Tengah ini.

Menurutnya, sosialisasi seperti ini tidak hanya penting bagi generasi muda, tetapi ini juga banyak diinspirasi oleh kalangan luar negeri. Di mana tokoh-tokoh atau anak-anak muda luar negeri sangat menginspirasi proses kelahiran Indonesia itu.  Apalagi Indonesia itu negara yang cara merdekanya itu dengan cara merebut, bukan diberi.

"Dan ini menimbulkan rasa heroisme yang sangat luar biasa dan menjadi kebangaan tersendiri bahwa kita korban yang jatuh juga sangat banyak, tetapi herorisme ini bekal dari pembenntukan karakter bangsa kita pada saat ini," ujarnya.

Menumbuhkan rasa nasionalisme atau cinta Tanah Air ini juga menjadi benteng agar masyarakat Indonesia tidak mudah terpengaruh propaganda ataupun budaya yang ada di Timur Tengah dengan dibungkus nuansa agama oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Apalagi saat ini ada negara yang proses nations character buildingnya meniru Indonesia.

"Negara yang sekarang meniru kita ini namanya Afghanistan, itu meniru negara Pancasila. Bahkan mereka akan menjadikan Pancasila itu sebagai ideologi di negara mereka. Akan aneh kalau ada kelompok yang ingin menanamkan ideologi agama di negara kita seperti kelompok ISIS (Islamic State Iraq and Suriah) itu yang mana di sana malah mengajarkan kekerasan," jelasnya.

Dari pengalaman dirinya saat mengembangkan organisasi NU di Afghanistan bahwa model seperti Indonesia ini justru dicita-citakan. Terbukti dalam lima tahun terakhir ini banyak anak muda Afghanistan mengambil kuliah di Indonesia kerjasama beasiswa dengan NU atau pemerintah, namun banyak juga atas inisiatif mereka sendiri.

"Karena mereka melihat justru masa depan Afghanistan itu tidak bisa meniru Eropa atau Amerika. Justru masa depan Afganistan itu prototipenya itu justru yang terbaik itu ada di Indonesia," tandasnya. [wid]

 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA