"Kenapa? karena yang pertama, tidak banyak partai-partai oposisi mengusung calon yang sama jadi terjadi
crossing (oposisi vs pro pemerintah)," kata Tito di sela-sela Rapim Polri di PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/1).
Kendati demikian, kata dia, ada satu wilayah yang dianggap rawan yaitu Jawa Barat karena baik partai oposisi maupun pro pemerintah mengusung calon. Kemudian rata-rata calon yang sama kolaborasi antara partai pemerintah dengan pendukung oposisi.
"Sehingga nanti potensi emosional yang muncul emosional perorangan dibanding dengan emosional poros partai," ujarnya.
Tito juga optimistis potensi kerawanan Pilkada 2018 tidak terlalu mengancam. "Di tahun 2015 aja ada 200 lebih Pilkada berlangsung aman," bandingnya.
Terpenting, lanjut Tito, supaya pelaksanaan Pilkada berlangsung aman maka TNI dan Polri tetap menjaga netralitas dan kekompakan mulai tingkat tinggi hingga level bawah.
"Kalau sudah dapat kepercayaan publik kita bakal diberi legitimasi untuk bertindak," demikian Tito.
[wid]
BERITA TERKAIT: