Menurut pengamat teroris dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, terduga teroris memiliki sistem manajemen yang telah terorganisir lewat sel-sel yang tersebar di berbagai wilayah.
"Pola sel tertutup. Mereka memiliki tujuh tingkat dalam sistem manajemennya," ujar Chaidar kepada
Kantor Berita RMOL, Kamis (2/3).
Terkait kasus ledakan bom di Bandung, Chaidar meyakini jika Yayat merupakan sel dari jaringan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Mereka menjadi simpatisan kelompok radikal Islam Mujahidin Indonesia Barat (MIB) di bawah naungan Abu Robban.
"Kasus teror bom di Bandung, masuk ke kelompok MIB," tuturnya.
Serangan sel-sel yang juga dikomandoi Bahrun Naim itu, memang tidak berdampak besar. Tapi, bisa dilakukan siapa saja untuk merancang serangan-serangan. Mengingat, sel-sel yang diperkirakan berjumlah 200 ribu orang se-Indonesia itu belajar secara otodidak. Salah satunya, membuat bom panci.
"Efek teror dari sel-sel jaringan Bahrun Naim ini, memang dampaknya tidak besar. Tapi bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih sekali pun," papar Chaidar.
Serangan jaringan MIB tersebut, kata Chaidar, hanya ingin membuat efek teror di tengah masyarakat. Namun, mereka mempunyai agenda rutin untuk melakukan teror.
"Biasanya, mereka memanfaatkan waktu dan momentum untuk melakukan teror. Seperti kasus bom panci di Bandung," pungkasnya.
Sebelumnya, polisi melumpuhkan seorang terduga teroris bom panci di lapangan Pandawa, Cicendo, Bandung, Senin (28/2) lalu. Meski tidak menyebabkan korban jiwa, ledakan tersebut menghebohkan warga yang tengah beraktifitas di pagi hari.
[rus]
BERITA TERKAIT: