Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketegangan Di Bitung Diprovokasi Orang Luar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 14 November 2015, 05:35 WIB
Ketegangan Di Bitung Diprovokasi Orang Luar
Sonny Sumarsono/net
rmol news logo Kota Bitung, Sulawesi Utara, mendadak dilanda ketegangan yang bernuansa konflik horizontal. Situasi ini, diakui Pejabat Sementara Gubernur Sulut Sonny Sumarsono bisa merusak keharmonisan di Bumi Nyiur Melambai yang kondang sebagai provinsi dengan kehidupan harmonis antarumat beragama. Karena itu, saat ini diterapkan siaga satu mengantisipasi keadaan kembali kondusif.

"Sekalipun saya berada di Jakarta, tapi handphone terus dibuka 24 jam dan terus melakukan komunikasi intensif dengan Kapolda Sulut. Tapi, saya yakin betul, provokasi yang mengakibatkan ketegangan konflik horizontal di Bitung bukan dilakukan oleh orang dari Sulut tapi berasal dari luar provinsi," jelasnya di sela syukuran penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi BW Lapian di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Jumat (13/11) malam.

Acara syukuran yang digelar Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Penerus Pejuang Merah Putih (GPPMP) itu dihadiri sejumlah tokoh asal Sulut yang berdomisili di Jakarta, diantaranya, bekas menteri Theo Sambuaga, Ketua Badan Keamanan Laut Laksamana Madya TNI Albert Mamahit, Dirjen Imigrasi Irjen Ronny Sompie dan tokoh minahasa  Benny Tengker.

Sumarsono menjelaskan alasannya terkait provokasi di Bitung yang dilakukan pihak-pihak dari luar Sulut.

"Saya mengenal betul kehidupan penuh toleransi dan harmonis yang berkembang di Provinsi Sulawesi Utara," kata pejabat sementara yang akan memangku jabatan hingga dilantiknya gubernur terpilih dalam Pilkada serentak 2015.

"Saya ini beragama Islam, asal dari Jawa Timur  dan bukan Minahasa tapi diterima melebihi orang Minahasa," imbuhnya.

Dia juga mengisahkan bagaimana bukit kasih sebagai bukit yang dibangun rumah ibadat dari agama-agama di Indonesia yaitu, Kristen, Katolik, Islam, Budha dan Hindu sebagai simbol kerukunan di Sulawesi Utara.

"Tapi saya mengusulkan untuk menambah lagi satu rumah ibadah yaitu Konghucu, sehingga nanti ada enam rumah ibadah di sana," katanya.

Menurut Sumarsono, sebagai suatu tempat wisata rohani, pihaknya pun saat ini tengah mengurus perluasan bukit itu, mengingat berada di hutan lindung.

"Lokasinya sudah sangat sempit, sehingga kami mengurus agar tidak ada masalah hukum dengan hutan lindung dan sudah diijinkan penambahan 12 hektar, sehingga di bukit itu nantinya bisa dilakukan kegiatan-kegiatan seperti berkemah dan sebagainya," terangnya.

Nantinya, bukit itu pun akan dinamai Bukit Kasih AJ Sondakh untuk menghormati inisiator pembuatnya yang merupakan gubernur Sulut periode sebelumnya.

Dia juga mengungkapkan rencana pembuatan gong kerukunan yang akan ditempatkan di kota Manado sebagai monumen bahwa Sulut merupakan provinsi dimana  kerukunan dan kehidupan harmonis diantara masyarakat  benar-benar ditempatkan sebagai suatu modal sosial.   

"Modal dasar Sulut membangun adalah kerukunan dan toleransi masyarakatnya. Propinsi dengan toleransi tinggi adalah Sulut. Kerukunan yang terjalin antarmasyarakat di Sulut sama dengan merah putih," ujar Sumarsono.

Di bagian lain, Sumarsono yang akan menjabat hingga Juni 2016 itu mengungkapkan pula sejumlah kebijakan yang telah diterapkan, seperti pencanangan sungai bersih, sampai mengadopsi hasil karya dari Sekolah Menengah Kejuruan di provinsi tersebut.  

"Seluruh produk dari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang potensial di Sulut akan diadopsi Pemda jadi produk unggulan. Jadi, nanti kita harapkan produk mobil tidak hanya mobil SMK seperti di Solo, tapi Sulut pun bisa memproduksinya," pungkasnya. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA