Ketua Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) SowÂanwitno Sommy Lumadjeng mengatakan, pemerintah harÂus memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha karoÂseri lokal. "Bus, minibus, bus besar, molen, truk, bisalah kita membuat untuk kebutuhan dalam negeri," ujar Sommy di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan, pemerÂintah perlu mengatur ulang pengadaan atau lelang kendÂaraan-kendaraan yang dibuÂtuhkannya. Hal ini agar para pelaku usaha karoseri di daÂlam negeri mampu memiliki waktu untuk melakukan perÂsiapan dan pengerjaan.
"Para pelaku usaha karoseri kerap kesulitan memenuhi permintaan pemerintah denÂgan waktu yang tidak cukup untuk membuat suatu kendÂaraan niaga," katanya.
Dia mengungkapkan, para pelaku usaha karoseri di daÂlam negeri bisa bekerja sama untuk menyelesaikan pesanan pemerintah dengan jumlah besar. Selain itu, secara kualiÂtas pun sama dengan impor mengingat spesifikasi kendÂaraan sudah disesuaikan oleh pemerintah.
Ia menegaskan, pemerintah harus menutup 100 persen impor kendaraan-kendaraan niaga seperti truk dan juga bus. Industri karoseri memiÂliki peranan penting dalam perekonomian nasional.
"Oleh karena itu, industri ini cukup prospektif untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri," tuÂturnya.
Menurutnya, industri karoÂseri lokal dapat terus tumbuh seiring keseriusan pemerintah dalam membangun infrastrukÂtur. "Dengan catatan pemerinÂtah tidak ekspor secara utuh sehingga memberikan nila tambah bagi industri di dalam negeri," katanya.
Ia menambahan, tahun lalu proyek dari Lembaga KebiÂjakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) baru keluar akhir tahun. Sehingga industri lokal sedikit keteteran menghÂadapi permintaan. "Tahun ini saja belum masuk, pengadaan belum tayang. Kami harap inÂdustri juga dikasih waktu yang jelas untuk bisa mengerjakan proyek," katanya.
Sekjen Askarindo TY SubÂagio menjelaskan, kuartal I-2018 kebanyakan proyek yang dikerjakan adalah perÂmintaan tahun lalu. Sementara untuk pesanan tahun ini beÂlum terlihat ada peningkatan. "Tapi kami optimistis dengan banyaknya proyek infrastrukÂtur serta pariwisata bisa menÂingkatkan permintaan," kata Subagio.
Menurutnya, industri karoÂseri lokal juga sudah bisa mengekspor. "Negara seperti Fiji dan Afrika sudah pernah diekspor oleh pelaku karoseri dalam negeri," katanya.
Secara volume ekspor masih kecil karena masih dirudung beberapa masalah. Pertama, ada kualitas sasis yang ada di Indonesia harus disesuaikan dengan standar tujuan negara eksor.
Kedua, dari sisi aftersales, apakah chassis bisa dibantu suplai oleh merek yang ada di negara tujuan ekspor. "Ini kan juga menjadi kendala. KeÂcuali pembeli tidak persoalkan maka ini jadi tidak masalah," jelas Subagio. ***
BERITA TERKAIT: