Hal itu diungkapkan Kepala Museum Olahraga, Waluyono saat berbincang dengan
Rakyat Merdeka Online (RMOL) di kantornya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, tadi sore.
Menurutnya, museum sangat berpengaruh untuk memotivasi rasa semangat dan membantu kesadaran untuk hidup sehat, serta memiliki produktifitas.
“Kita perlu memperbaharui paradigma bahwa museum itu image-nya seram, angker dan kumuh. Caranya, museum harus tampil seksi dan diminati para generasi muda,†kata Waluyono.
Museum olahraga yang berada di bawah koordinasi Kementrian Pemuda dan Olahraga ini telah berumur sekitar 25 tahun. Di dalamnya terdapat benda-benda dan catatan sejarah tentang olahraga Indonesia. Termasuk juga keikutsertaan kontingen "Merah Putih" di berbagai ajang internasional, serta beragam torehan prestasi yang mengiringi perjalanan atlet-atletnya.
Diantaranya; medali, piagam/sertifikat, foto, kliping koran, alat olahraga, kaos, sepatu, ikat pinggang, baju, dan lain-lainnya.
Saat ini, museum olahraga sedang melakukan pendokumentasian di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) yang baru digelar di Riau 2012. “Kita sudah mempunyai dokumentasi PON sejak pertama dan sampai PON XVIII di Riau 2012,†ujarnya.
"Menang kita baru melakukan pendokumentasian di tingkat Nasional seperti PON karena memang momentumnya adalah tingkat nasional. Tapi, ke depan kita akan melakukan pendokumentasian di even-even internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade," ujarnya.
Kegiatan pendokumentasian sendiri, lanjut Waluyono, melibatkan dua tim yang tiap timnya terdiri dari delapan orang. "Setiap tim terdiri dari satu juru kamera (audio visual), fotografer, penulis skrip dan juru IT. Untuk PON kita bagi menjadi dua gelombang yang akan berkerja bergantian sejak awal sampai PON berakhir," lanjutnya.
[dzk]